Berita Kayuagung
Oli Cemari Sungai Bikin Nelayan Kayuagung Sulit Dapat Ikan, Pendapatan Turun Sampai 90 Persen
kalau sekarang tidak mungkin lagi nyari ikan dekat mesin penambang karena banyak oli berjatuhan di air, apalagi dibawah sungai di penuhi lumpur
Penulis: Winando Davinchi |
TRIBUNSUMSEL, KAYUAGUNG - Sebuah jala ikan tengah dirapikan oleh seorang pria asli Kayuagung.
Edi warga RT 1, RW 1 Kelurahan Kayuagung Asli merupakan nelayan.
Tapi kini, ia mengaku lesu karena saat mencari ikan tak sebanyak seperti dulu lagi, diakui ia dan warga lainnya, minimnya ikan yang ditangkap akibat banyaknya aktivitas penambangan di sepanjang aliran sungai.
"Disini puluhan Kepala Keluarga menggantungkan hidup dari mencari ikan di sungai Komering," ujar Edi.
Diceritakan Edi, sebelum menjamurnya ratusan penambang pasir mulai dari kelurahan Jua-jua hingga ke arah danau Teloko, masyarakat sekitar leluasa dalam mencari ikan.
• Polres OKI Bongkar Usaha Pembuatan Pistol Revolver Rakitan, Satu Senjata Dijual RP 500 Ribu
"Ya dulu enak kalau nyari ikan bisa berpindah-pindah tanpa dihalangi oleh penambang yang tidak diketahui memiliki izin atau tidak tersebut,
kalau sekarang tidak mungkin lagi nyari ikan dekat mesin penambang karena banyak oli berjatuhan di air, apalagi dibawah sungai di penuhi lumpur," tuturnya.
Dengan banyaknya mesin penambangan dan pencemaran lingkungan, berakibat pula pada anjloknya penghasilan nelayan dalam menangkap ikan dengan menggunakan jaring dan jala di sungai.
"Sekarang mau dapet 10 kilo sehari saja susah, padahal sekali memakai perahu bisa abis lebih dari 2 liter bensin jadi untungnya sedikit,"
"Beda sama sebelum banyaknya mesin penyedot pasir itu, ikan dan udang sangat melimpah mau dapetin 2 kwintal pun bisa dalam sehari, penurunan pendapatan sekarang tinggal hanya 10 persen saja," tegasnya.
• Aktivitas Suku Anak Dalam Tinggal di Kebun, Bertahan Hidup Dengan Memungut Buah Sawit & Berburu Babi
Sejarah asal mulanya Pertambangan pasir di sepanjang sungai Komering sudah ada sejak sekitar tahun 1960 yang lalu, saat itu masyarakat masih menggunakan alat mendulang pasir secara tradisional.
Dengan alat tradisional berupa ayakan untuk memilah pasir banyak warga di pinggir sungai Komering bermata pencaharian sebagai penambang pasir.
"Dulu memang banyak masyarakat dialiran sungai Komering yang melakukan penambangan pasir secara tradisional dan itupun di lakukan saat air sedang dangkal atau tidak banjir," ucap Yusrizal sejarawan Kabupaten OKI, Kamis (5/12/2019).
Namun sekitar 10 tahun belakangan, alat tradisional tersebut sudah tergantikan oleh mesin penambangan yang menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
"Tetapi sangat disayangkan dalam beberapa tahun belakangan mulai bermunculan banyak penambang pasir yang memakai mesin untuk melakukan penambangan dan itu membuat sungai jadi mengecil serta air sungai menjadi hitam karena oli mesin yang menetes ke air sungai," katanya.
Keadaan tersebut berdampak buruk pula pada kehidupan ekosistem dalam air dikarenakan pencemaran lingkungan.
Muhaimin Ketua RT 1 mengungkapkan tambang pasir tersebut sangat merugikan banyak warga sekitar.
"Disini sudah banyak keluhan dari masyarakat apalagi yang bermata pencaharian sebagai nelayan sangat sulit mendapatkan ikan," pungkasnya.
Belum lagi suara bising yang dikeluarkan dari mesin tersebut ditambah air sungai menjadi keruh dan tidak layak digunakan.
"Dekat sini saja ada 2 tambang pasir, setiap hari selalu berbunyi mesinnya tidak kenal musim kemarau maupun banjir selalu menyedot, suaranya sangat bising apalagi malam hari warga tidak dapat istirahat dengan tenang,"
"Ditambah lagi itu oli yang tumpah ke air membuat sungai jadi keruh, selain itu sering juga terjadi longsor disisi sungai, dan sungai yang sebelumnya luas jadi sempit," ungkap Muhaimin.
Usaha warga sekitar untuk menyampaikan keluh kesah mereka kepada Camat Kayuagung belum juga di tindak lanjut dan menemukan titik terang.
"Pada tahun ini seluruh masyarakat yang berjumlah sekitar seratus orang sudah tanda tangan keberatan adanya tambang pasir, dan sekitar 4 bulan yang lalu surat sudah di sampaikan ke Camat Kayuagung,"
"Namun hingga saat ini belum juga ada penjelasan apalagi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menertibkan tambang pasir diduga banyak yang tidak memiliki ijin resmi tersebut," tutupnya.
Sementara itu saat wartawan Tribunsumsel mendatangi kantor Camat Kayuagung untuk meminta keterangan, petugas jaga memberitahu kalau Camat sedang ada rapat di luar.
"Bapak tidak ada, lagi rapat di luar, tidak tahu besok ada atau tidak," kata petugas