Berita Muratara
Aktivitas Suku Anak Dalam Tinggal di Kebun, Bertahan Hidup Dengan Memungut Buah Sawit & Berburu Babi
Aktivitas Suku Anak Dalam Tinggal di Kebun, Bertahan Hidup Dengan Memugut Buah Sawit & Berburu Babi
Penulis: Rahmat Aizullah |
Terkadang hasil buruannya dijual kepada pengepul yang datang sebagai tambahan penghasilan.
Di lokasi permukiman Suku Anak Dalam tersebut terdapat puluhan gubuk yang terbuat dari terpal.
Gubuk-gubuk ini merupakan tempat tinggal mereka untuk berlindung dari terik matahari dan hujan.
Jauh dari kata layak, hanya beralaskan tanah dengan atap dan dinding seadanya.
Jika terjadi hujan, anak-anak mereka pastinya kedinginan, namun mereka mengaku sudah terbiasa dengan segala cuaca.
• Tertunduk Lesu, Tiga Tersangka Korupsi Pembangunan Gudang Beku Muba Resmi Ditahan
"Sudah biasa kami di sini, panas, dingin, sudah terbiasa," kata warga Suku Anak Dalam lainnya, Wati.
Pola hidup yang tidak sehat dengan berbagai macam isi hutan yang mereka makan setiap harinya.
Ditambah lagi kondisi lingkungan yang kotor tentu bisa membuat mereka rentan terserang berbagai penyakit.
Apalagi sumber air yang mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari pun tergolong kotor.
Mereka memanfaatkan air dari parit drainase perkebunan sawit dengan kondisi airnya berwarna kecoklatan.
Wati menambahkan, sebagian anak-anak mereka saat ini sudah disekolahkan oleh pemerintah.
Anak-anak usia sekolah sudah mendapatkan pendidikan gratis di Asrama Dinas Sosial Kabupaten Muratara.
Sebelumnya kata Wati, anak-anak Suku Anak Dalam tidak ada yang duduk di bangku sekolah.
Sehari-hari mereka ikut orangtuanya menelusuri setiap lorong perkebunan sawit untuk mencari makan agar tidak kelaparan.
"Tidak ada yang sekolah dulunya, karena mau sekolah jauh, kami juga tidak punya biaya," katanya.
Ia bersyukur sekarang Pemerintah Kabupaten Muratara memiliki program sekolah gratis untuk anak-anak Suku Anak Dalam. (cr14)