Laporan Khusus
Cerita di Balik Fenomena Banyaknya Orang Bunuh Diri di Palembang
Belakangan ini, kasus bunuh diri cukup menyita perhatian publik. Dalam tiga bulan terakhir, di Palembang saja, ada lima kasus
Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Prawira Maulana
Dari kejadian tersebut, ia cemas dan bertanya dengan sang anak yang berubah menjadi pemurung. Namun sang anak enggan bercerita, selang beberapa bulan kemudian pun hal yang sama juga dilakukan sang anak.
Akan tetapi berhasil ketahuan dan segera ditolong. "Setelah dicari tahu ternyata ada masalah yang dialami anak saya namun saya tidak bisa mengatakannya apa, " beber dia.
• Mayat di Depan Kantor Gubernur Juga Diduga Bunuh Diri, Bekas Jeratan di Leher Akibat Gantung Diri
Ia pun memilih untuk membawa sang anak ke psikiater dan kini kondisinya jauh lebih baik.
"Alhamdulilah sekarang sudah jauh sangat membaik, dia tidak menjadi pemurung lain dan sudah mau kembali berinteraksi dengan orang lain," tegasnya.
Sekarang sang anak sudah menikah dan bahagia. "Alhamdulilah akibat kejadian lalu membuat anak saya lebih baik lagi apalagi setiap menghadapi permasalahan hidupnya," beber dia.
90 Persen karena Skizofernia
Kepala Instalasi Humas dan Layanan Pengaduan Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Iwan Andhyantoro, SKM,MKes mengatakan penyebab kasus bunuh diri bagi penderita ganguan jiwa yakni karena penyakitnya atau skizofernia dan depresi.
Ia menjelaskan karena pada penderita Skizofernia ini ada gejalanya yang namanya halusinasi.
"Halusinasi ini bisa berupa obrolan, bisikan , perintah dan lain sebagainya untuk melukai diri sendiri maupun orang lain bahkan bisa berakhir bunuh diri," jelasnya.
Tak hanya itu, penderita ini juga merasa dikucilkan dari lingkungan sehingga membuatnya semakin tertekan, dibully sehingga berujung juga pada bunuh diri.
"Namun kasus ini tidak sebanyak dulu yang kita tangani saat di RS Erba yang lama," kata Iwan.
Pemicu lainnya yakni karena penderita ganguan jiwa ini mulai membaik namun saat kembali hadir di tengah masyarakat merasa dikucilkan sehingga menjadi pemicu untuk melakukan bunuh diri juga.
"Penyebab lainnya bisa karena depresi. Kalau depresi ini beda dengan Skizofernia tadi. Kalau depresi ini karena ada tekanan-tekanan dari diri seseorang yang banyak penyebabnya," tegas dia.
Seperti karena masalah ekonomi, masalah keluarga, kesehatan, keluarga, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. "Contoh kasus mahasiswi yang bunuh diri beberapa waktu lalu yang melompat di jembatan musi empat itu termasuk depresi karena infonya karena penyakit yang dialaminya" jelasnya.
Saat ini, kata dia memang banyak sekali orang yang mengalami depresi yang sangat bahaya kalau tidak segera ditangani karena berujung pada kematian.
"Kalau seperti ini memang cukup dengan psikologis saja. Mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan biasanya mendapatkan obat anti depresi dan anti cemas," jelasnya.