Berita Muratara

Cerita Alumnus Unsri Mengajar Suku Anak Dalam, Mudah Tersinggung tidak Bisa Dibentak

Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, anak-anak dari komunitas Suku Anak Dalam satu per satu memasuki ruang kelas belajar

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Rahmat Aizullah
Anak-anak dari komunitas Suku Anak Dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah non formal asrama Dinas Sosial Kabupaten Muratara. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA-Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, anak-anak dari komunitas Suku Anak Dalam satu per satu memasuki ruang kelas belajar.

Mereka datang membawa buku dan pena, lengkap dengan seragam sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Mulai dari hari Senin hingga Sabtu, anak-anak Suku Anak Dalam ini mengikuti proses belajar mengajar seperti sekolah pada umumnya.

Hanya saja pendidikan yang mereka ikuti merupakan pendidikan non formal atau pendidikan kesetaraan paket A, B dan C.

Mereka merupakan binaan asrama khusus anak-anak Suku Anak Dalam milik Dinas Sosial Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

Lia Mustika Syarif Ingin Setiap Ibu PKK di Muratara Jadi Ibu Asuh Bagi Anak Suku Anak Dalam (SAD)

Di asrama ini mereka diajarkan oleh guru-guru dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Salsabilah Kabupaten Muratara.

Berbagai disiplin ilmu mereka pelajari, seperti ilmu Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, dan lain sebagainya.

Seorang guru dari PKBM Salsabilah, Delta Arika, mengaku memiliki keseruan tersendiri ketika mengajarkan anak-anak Suku Anak Dalam.

"Asyik sih, seru, bagi saya pribadi menyenangkan," kata Delta Arika dibincangi Tribunsumsel.com, Jumat (25/10/2019).

Curhat Suku Anak Dalam dengan Feby Deru, Begini Ungkapan Hatinya

Tak ada sedikit pun rasa penat atau jengkel yang ia rasakan ketika mendidik anak-anak yang dulunya tinggal di hutan tersebut.

Delta mengakui mendidik anak-anak Suku Anak Dalam memang sedikit berbeda dengan siswa-siswi pada umumnya.

Mereka agak lambat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga guru harus lebih bersabar mengajarinya.

"Iya, itulah serunya, jadi kita harus sabar, pelan-pelan," kata wanita lulusan Universitas Sriwijaya (Unsri) Jurusan Matematika ini.

Akan tetapi ia melihat rasa ingin tahu dan semangat belajar anak-anak Suku Anak Dalam tersebut sangat tinggi.

Delta menambahkan, berdasarkan pengalamannya selama 10 bulan mengajar, ternyata anak-anak Suku Anak Dalam mudah tersinggung.

Hotspot Sumsel Capai 1297 Titik, Kabupaten OKI Paling Banyak

Meskipun mereka salah, ternyata tidak bisa dimarah atau dibentak, karena hal itu dapat membuat mereka enggan mengikuti pembelajaran.

Oleh sebab itu, sebagai tenaga pendidik harus memberikan pengertian yang lebih halus dan menegurnya dengan lemah lembut.

"Kita harus menghargai latar belakang mereka. Walaupun mereka salah jangan dibentak, sangat mudah tersinggung mereka ini," katanya.

Sementara itu, pembina asrama Dinas Sosial, Yuli mengatakan, selama dididik anak-anak Suku Anak Dalam sudah ada perkembangannya.

Gerindra Minta Edhy Prabowo Maksimalkan Sumber Daya Laut, Jangan Lagi Ada Impor Garam

Beberapa di antara mereka yang memiliki kemampuan setara dengan siswa-siswi pada umumnya sudah dipindahkan ke sekolah formal.

"Mereka tidak selamanya dididik di sekolah non formal ini. Di sini kita memberikan ilmu dasar, setelah mereka bisa kita pindahkan," ujarnya.

Ia menyebutkan, sudah ada 8 anak-anak Suku Anak Dalam dari asrama Dinas Sosial yang dipindahkan ke SMA Plus Bina Satria Rupit.

"Kita ajarkan dulu di sini, setelah mereka sudah siap ditempatkan di sekolah luar, maka kami lepaskan mereka," tambahnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved