Berita Gubernur Sumsel
Bertemu Sultan Hamengku Buwono X, Herman Deru Ajak Pujasuma Berantas Kemiskinan Sumsel
Di hadapan orang nomor satu di Yogyakarta itu, Herman Deru sempat curhat soal angka kemiskinan yang masih tinggi di Sumsel
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Gubernur bersilaturahmi dengan Gubernur DIY Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Paguyuban Keluarga Jawa Sumatera (Pujasuma) Sumsel, di Griya Agung, Sabtu (24/8/2019).
Di hadapan orang nomor satu di Yogyakarta itu, Herman Deru sempat curhat soal angka kemiskinan yang masih tinggi di Sumsel.
Bahkan Ia meminta secara khusus kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk mengajak anggota Pujasuma ikut berperan menurunkan angka kemiskinan Sumsel yang mencapai 12,8 persen.
"Kebetulan sekali ada Sri Sultan Hamengku Buwono di sini. Saya mohon bantuannya agar Sri Sultan mengajak warga Pujasuma bersama-sama berkontribusi menurunkan angka kemiskinan."
"Karena sudah menjadi rahasia umum, etos kerja warga Jawa di Sumsel sangat luar biasa sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi kami," ujarnya.
• Sekda Lahat Kecewa Banyak ASN Pulang Sebelum Waktunya, Ancam Copot Jabatan Kepala Dinas
Diakui Herman Deru selama ini kehadiran Pujasuma menjadi aset penting bagi Provinsi Sumsel, karena telah berhasil menginspirasi masyarakat dalam mengelola pertanian dengan sangat baik.
"Dulu waktu saya menjadi Bupati OKU Timur itu 80% masyarakatnya asli pulau Jawa. Teman-teman ini sejak tahun 1937 ada di Belitang mengelola irigasi dan sawah."
"Etos kerja mereka sangat tinggi sehingga berhasil membawa OKUT sebagai Lumbung Beras Nasional bahkan menekan angka kemiskinan sampai terendah di Sumsel," jelasnya.
Oleh karena itu dengan peran Pujasuma ini Ia menaruh harapan besar dapat menekan angka kemiskinan Sumsel.
• Kisah Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Aka Wing Chin, Rela Rawat Orang Sakit Jiwa di Rumah Dinasnya
Pertahun Ia menargetkan angka kemiskinan turun minimal 1 persen.
Selain membahas soal kemiskinan, Gubernur yang dikenal sebagai Bapak Rumah Tahfidz itu juga menyinggung soal pentingnya menjaga keanekaragaman serta mempertahankan Bhineka Tunggal Ika.
"Saya sepakat dengan yang dikatakan Sri Sultan tadi bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu bukan hanya slogan tapi bagaimana implementasinya di lapangan. Nah ini peran pemimpin pemimpin daerah, pemimpin komunitas, pemimpin agama pemimpin dalam kebudayaan, bahwa mereka harus berbuat tanpa atau mengenyampingkan perbedaan-perbedaan yang ada."
"Dan kuncinya adalah silaturahmi, karena setiap agama setiap suku setiap kebudayaan itu menganjurkan untuk silaturahmi. Sehingga timbul kekuatan-kekuatan baru" jelasnya.
Terkait hal itu Ia mengaku selalu berupaya untuk memfasilitasi baik pertemuan dalam komunitas atau antar komunitas dengan menyediakan sebuah bangunan untuk paguyuban paguyuban ini bermarkas di jalan Diponegoro.
"Sekarang masih dalam perbaikan. Kenapa ini kita lakukan tak lain untuk tetap mempertahankan kebhinekatunggalikaan kita ini," jelasnya.