Cerita Khas Palembang
Sejarah Lengkap dan Arti Nama Cinde Palembang, Pernah Diberi Nama Pasar Lingkis
Kawasan Cinde yang mulai direvitalisasi sejak 2018 itu sebelumnya adalah pasar tradisional dengan bangunan yang khas dengan cendawannya.
Penulis: Weni Wahyuny |
Secara formal permintaan untuk itu dikemukakan kepada DPR.
Tetapi mengingat masalah tersebutlah terlalu sepele dalam kesibukan politik yang dihadapi DPR waktu itu, walikota Ali Amin tanpa menunggu penetapan DPR terus saja mempergunakan tanah tersebut untuk pembangunan pasar Cinde.
Penyelesaian pembayaran kepada keluarga Lim baru dilakukan walikota kemudian.
Walaupun bukan menyangkut pinjaman modal, disini disebutkan kasus penguasaan tanah yang sama seperti tanah pasar Cinde yaitu tanah waris dari almarhum R Nangling jalan Sudirman di lokasi Bank Buni Daya sekarang.
Tanah ini mengalami sengketa waris yang tak kunjung padam sehingga walikota Ali Amin memanfaatkan tanah tersebut untuk parkir mobil.
Setelah sengketa tanah ada kemufakatan, baru oleh walikota kemudian soal tanah tersebut dapat diselesaikan.
Ikhsan melanjutkan karena dengan kondisi Pasaar Lingkis yang belum tertata rapi sementara daerah ini terus bergerak menjadi daerah yang semakin maju dan ramai mendorong Walikota Palembang yang saat itu dipimpin oleh H M Ali Amin hendak membangun suatu pasar yang baru selain pasar Cinde.
Pasar baru itu yakni Pasar Lemabang, Pasar Buah di jalan Sayangan, Pasar 4 Ulu dan renovasi Pasar Kertapati serta Pasar Kuto.
Arsitektur bangunan pasar Cinde ini sangar mirip dengan Pasar Johar Semarang yang dibangun oleh kolonial Belanda tahun 1930-an.
Pada bangunan ini terletak ciri khas berupa tiang cendawan yang menopang menjulang bangunan.
Sementara ruang dalam di lantai dua yang terbuka mengingatkan kenangan orang-orang lama dengan suasana yang sama di Pasr Los 16 Ilir yang telah habis terbakar pada 1993.