Cerita Khas Palembang
Mengenal Istilah Tempat Jin Buang Anak di Palembang, Kini Semua Orang Berbondong-bondong ke Sana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Sudah pernah mendengar istilah 'tempat jin buang anak'? Ya, kalau di Palembang sering terdengar.
Penulis: Weni Wahyuny |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Sudah pernah mendengar istilah 'tempat jin buang anak'?
Ya, kalau di Palembang sering terdengar.
Istilah ini biasanya diucapkan untuk mengungkapkan dengan candaan daerah yang terpencil dan jauh dari pusat kota.
Ditambah lagi daerah itu belum dijamah fasilitas umum sehingga daerah seperti ini disebut tempat jin buang anak.
Pesatnya perkembangan kota Palembang membuat daerah yang dulu disebut tempat jin buang anak kini hilang.
Tahukah kamu dimana saja daerah-daerah yang pernah disebut sebagai tempat jin buang anak?
• Asal Mula Nama Tangga Buntung, Ini Penjelasan Sejarawan Tentang Wilayah Terkenal di Palembang Ini
Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan juga menuliskan dalam bukunya Palembang dari Waktoe ke Waktu mengatakan, tempat yang dianggap jauh dari pusat keramaian pula dalam bahasa lokal sering disebut secara "penesan" sebagai di ujung tulung atau daerah yang sangat jauh.
Seiring berjalannya waktu, tempat di ujung tulung atau tempat jin buang anak kini perlahan berubah dengan perkembangan kota Palembang yang cepat.
Dari perubahan yang pesat itulah menimbulkan nama tempat baru sekaligus menghilangkan sebagian nama lama.
Tempat yang pernah disebut tempat jin buang anak salah satunya adalah kawasan Jakabaring.
Meskipun daerah ini terbentuk di awal tahun 1970-an, tidak bisa tidak diakui akselerasi percepatannya adalah saat even PON XVI tahun 2004 digelar.
Setelah masa itu silih berganti perhelatan besar antar negara terutama dibidang olahraga digelar di Jakabarng, SEA Games 2011 diantarnya yang membuat tempat yang kini bernama Jakabaring Sport City (JSC) itu diagendakans sebagai tempat perhelatan olahraga antar negara.
• Inilah Asal Mula Nama Jakabaring Palembang, Bermula dari Empat Suku Besar
"Ditambah lagi pertumbuhan fasilitas lainnya seperti perkantoran, Pasar Induk Jakabaring, waterpark, mal, perumahan dan lain sebagainya," kata Ikhsan.
Sebelum Jakabaring, sambung Ikhsan tempat yang juga dianggap di ujung tulung pada awal dasawarsa 1980-an ialah daerah Perumnas Sako yang lebih sering dilafalkan Perumnas dan sering disingkat Perum.
Pembukaan kawasan ini tidak langsung direspon oleh penduduk Palembang.
Apalagi saat itu belum ada akses angkutan umum penumpang karena pada masa itu kendaraan pribadi hanya dimiliki oleh orang-orang yang mampu secara finansial.
"Meskipun ada tapi jam operasionalnya masih terbatas. Belum lagi saat itu belum ada jaringan pipa ledeng atau PDAM Tirta Musi sehingga penduduk terpaksa menggunakan air sumur yang kualitasnya kurang baik," ungkapnya.
Sedangkan penduduk yang tinggal di daerah Perumnas tersebut umumnya berasal dari daerah Palembang yang telah terbiasa menggunakan air ledeng.
• Asal Muasal dan Arti Kata Lemabang Palembang, Ternyata Tempat Sunan Lemabang Dimakamkan
Kendala ini tetap dilalui juga oleh penduduk baru yang sebagian setengah terpaksa memilih tengah tersebut pasca kebakaran besar pada Agustus 1981 yang menghanguskan ribuan rumah dalam beberapa kampung di daerah rumah susun jalan Brigjen H M Dani Effendy, Radial.
Lokasi lainnya yang disebut daerah ujung tulung adalah kawasan KM 12 dan sekitarnya.
Tempat ini pula awalnya belum terjangkau oleh pipa ledeng dan dianggap jauh dari pusat kota.
"Sebelum pemekaran kota Palembang hanya sampai di KM 5. Akses angkutan umum penumpang sangat terbatas. Angkutan kota sampai KM 5 baru kemudian disambung dengan angkutan pinggiran desa ke Talang Betutu atau Seromg."
"Barulah semenjak ada rute bus kota hingga KM 12, wilayah ini berkembang pesat," jelasnya.
Kemudian kawasan Bukit Lama.
Setelah adanya jalan lintas luar yang terhubung dnegan Jembatan Musi II, kawasan yang dahulunya rawa, lebak menjelma menjadi beberapa Komplek perumahan baru.
Diantaranya Bukit Sejahtera Polygon, terus ke kawasan Macan Lindungan, juga Kancil Putih.
• Bukan Bundaran Air Mancur, Ini Titik KM Nol Palembang, Jangan Sampai Anda Keliru
"Padahal dulunya di peta Macan Lindungan ditulis sebagai talang, Kancil Putih sebuah rawa atau payau. Kini menjadi tempat berdiam permanen dengan segala tipe rumah dari RSS hingga mewah," ungkapnya.
Tempat lainnya pula adalah Pakjo Ujung, Kenten ke arah Kenten Laut, Kalidoni, Merah Mata, Sematang Borang, Gandus, Talang Kelapa, Arah Tanjung Api Api dan laun sebagainya yang menunjukkan fenomena yang sama.
Empat penjuru alam, timur, barat, utara dan selatan dari Palembang seiring dengan waktu telah berkembang dengan pesatnya. Daerah tersebut kini tak lagi di ujung tulung.