Berita Muara Enim
Harga Ayam di Muara Enim Cetak Rekor Rp 45 per Kilogram, Lebih Mahal Dibandingkan Saat Lebaran
TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM-Sebagian pengunjung pasar Muaraenim mengeluhkan mahalnya sejumlah harga bahan pangan
Penulis: Ika Anggraeni |
TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM-Sebagian pengunjung pasar Muaraenim mengeluhkan mahalnya sejumlah harga bahan pangan.
Diantaranya yang menjadi perhatian yakni harga daging ayam dan cabai yang tak kunjung turun.
Vita (36 tahun), pengunjung pasar mengeluh sejak beberapa bulan belakangan ini harga sejumlah bahan kebutuhan pangan tak kunjung turun.
"Rasanya mau menjerit melihat harga sejumlah kebutuhan hidup yang terus merangkak naik, terutama harga daging ayam dan cabai yang meroket,"
"Saya terus terang saat ini kalau ke pasar bawa uang Rp 100 ribu tidak dapat apa-apa, kalau dulu bawa uang segitu sudah dapat lengkap lauk dan sayurnya," katanya.
• Harga Cabai Merah Rp 100 Ribu/Kg, Pembeli Sepi Banyak Cabai Pedagang Membusuk
Dikatakannya hingga kini harga sejumlah kebutuhan pokok tersebut tak kunjung turun.
"Yang ada malah terus naik, harga ayam saja sekarang sudah melebihi harga ayam pada saat lebaran maupun tahun baru,"
"Biasanya paling mahal harga ayam potong perkilonyo hanya Rp 38 ribu, itupun hanya naik pada saat mau lebaran atau tahun baru saja, lah ini, tadi saya tanya tidak lebaranpun harganya tembus Rp 45 ribu perkilo," katanya.
Tak hanya itu saja, harga cabai juga tak kunjung turun masih dikisaran Rp 80 ribu perkilo.
"Sudah hampir sebulan ini saya tidak pernah lagi beli cabe perkilo, saya gak kuat, paling banyak beli cabe seperempat kilo saja,"
"Saat masakpun saya terpaksa mengurangi konsumsi cabe, terus terang saya nyesek dengan kondisi harga barang dipasar yang tidak kunjung turun hingga saat ini," katanya.
• Ini 3 Tips Agar Hari Pertama Anak Masuk Sekolah PAUD, TK dan SD Tidak Nangis dan Takut
Sementara itu, Emiati (48 tahun), pedagang Ayam mengaku tingginya harga ayam saat ini dikarenakan harga ayam di agen juga naik.
"Kami hanya pengecer, dan kata agen kami, harga ayam yang diambil baik dari Lubuklinggau, Lampung dan yang lainnya juga naik karena stok kosong, ya jadinya mau tidak mau harga juga ikutan naik," katanya.
Diakui Emi, bahwa melonjaknya harga ayam ini adalah pertama kali dalam sejarah selama ia berjualan ayam potong di pasar Muaraenim, dimana harga ayam tembus dari kisaran Rp 40-45 ribu perkilo.
"Biasanya ayam naik ini pada musim tertentu saja, misal lebaran ataupun tahun baru dan itupun naiknya paling tinggi hanya dikisaran Rp 38 ribu, dan kalau hari biasa seperti ini biasanya harganya hanya Rp 26 ribu perkilo,"
"Ini harga ayam malah tembus Rp 45 ribu perkilo, kalaupun dikasih murah oleh pedagangnya kebanyakan mereka pasti bermain ditimbangan," katanya.
Dijelaskan Emi, tingginya harga ayam ini tentunya berpengaruh kepada pendapatannya.
"Biasanya sehari saya menghabiskan sekitar Rp 150 kg ayam yang saya jual, tapi karena harga ayam melambung, pendapatan sayapun menurun, dikarenakan pelanggan saya yang beli tidak sanggup lagi beli ayam seperti biasa, mereka banyak beralih membeli ikan dan tempe," ungkapnya.
• Menikmati Keindahan dan Sensasi Makan di Rumah makan Terapung Kelilng Danau Aur Musi Rawas
Ditambahkannya iapun berharap agar kondisi ini dapat kembali normal dan hal ini dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah.
Harga di Lubuklinggau
Sepekan terakhir harga sejumlah kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional Kota Lubuklinggau mulai merangkak naik.
Pantauan Tribunsumsel.com, dilapangan, sejumlah kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan diantaranya cabai merah yang sudah menyentuh angka Rp 80 ribu per kilogram.
"Seminggu sebelumnya, cabai merah masih berkisaran antara Rp 40 ribu per kilogram, sekarang Rp 80 ribu per kilogram," kata Rus (45) salah satu pedagang Pasa Inpres, Minggu (14/7/2019).
Naiknya harga cabai merah ini diikuti juga komoditi lainnya seperti, ayam potong yang semula hanya Rp 35 ribu per kilogram naik menjadi Rp 40 ribu per kilogram.
Lalu ikan Nila yang semula Rp 26 ribu per kilogram naik menjadi Rp 30 per kilogram. Dan tomat yang semula hanya Rp 6.000 per kilogram naik menjadi Rp 8.000 ribu per kilogram.
"Kalau untuk kebutuhan saat ini masih cukup, tidak ada kendala terkait pasokan cabai merah dan yang lainnya juga masih normal," ujar Mad (35 tahun), pedagang lainnya.
Tidak diketahui secara pasti mengapa komoditi tersebut naik terus merangka naik.
Mad memprediksi kemungkinan harga cabai merah, ayam dan ikan akan terus mengalami kenaikan hingga usai hari raya Idul Adha mendatang.
Kenaikan harga cabai merah di pasar cukup dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Walaupun demikian, ibu-ibu tetap membeli cabai merah meski harganya lebih mahal.
"Cukup memberatkan sih, tapi mau apa lagi, sudah jadi kebutuhan tetap, terpaksa tetap beli dan berhemat di belanja dapur lain," kata Dama salah satu pembeli.
Bahkan ibu muda ini terpaksa mengurangi pembelian, biasanya setiap ke pasar ia membeli 1/2 kilogram, namun, kali ini ia hanya membeli 1/4 kilogram saja.
"Yang penting semuanya cukup, sedapatnya saja, biasanya dirumah selalu ada sambal, cabe mahal ini mengurangi untuk tidak pakai sambal," kelakarnya.