Info Arus Mudik

Ramainya Pemudik di Dermaga Jembatan Ampera, Penumpang Tak Mau Pakai Pelampung

Hari raya idul Fitri menjadi berkah tersendiri bagi para penggiat angkutan sungai di Sungai Musi.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
SHINTA ANGRAINI/TRIBUNSUMSEL.COM
Dermaga bawah jembatan Ampera ramai dipadati pemudik yang ingin pulang kampung, Senin (3/5/2019). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Hari raya idul Fitri menjadi berkah tersendiri bagi para penggiat angkutan sungai di Sungai Musi.

Sebab sudah dipastikan lonjakan penumpang akan terjadi dan otomatis menambah pemasukan pendapat bagi mereka.

Seperti saat memasuki H-2 idul Fitri 2019 1 Syawal 1440 H hari ini, Senin (3/5/2019), terlihat jelas bagaimana kesibukan masyarakat yang hilir mudik memadati dermaga untuk bisa pulang ke kampung halamannya.

"Hari ini kan puncak ramainya penumpang, jadi memang penuh sekali," kata Heri, nahkoda kapal Amora jurusan jalur 8.

Kata Heri, meskipun tidak seramai menjelang lebaran tahun lalu, namun peningkatan penumpang dibanding hari-hari biasa sudah naik hampir mencapai 90 persen.

Dengan menempuh perjalanan sungai kurang lebih selama 1 jam, penumpang bisa sampai ke jalur 8 dengan membayar biaya sebesar Rp.50 ribu.

"Kalau kami, ongkos tidak naik. Masih normal seperti hari-hari biasa,"kata dia.

Namun, saat disinggung tentang kelengkapan peralatan keselamatan di kapal bagi para penumpangnya, Heri mengaku memiliki pelampung namun dalam jumlah terbatas.

"Satu kapal menampung 30 orang, saya ada pelampung untuk penumpang tapi tidak seluruhnya," kata dia.

Heri mengatakan, dia sendiri sudah tahu mengenai peraturan pemerintah terkait kesiapan peralatan keselamatan bagi penumpang.

Promo Katalog Giant Spesial Lebaran 3 - 9 Juni 2019, Daging Rendang Segar 100gr Harga Rp 8.400,-

Cerita Mudik Lebaran: Sudah 8 tahun Wewet Tak Bertemu Kakak Kandung Satu-satunya

Harga Daging Tembus Rp 170 Ribu Per Kilogram di Baturaja

Apalagi secara langsung, beberapa kali menteri perhubungan Budi Karya Sumadi juga sudah memberikan alat keselamatan ke nahkoda dan ABK tongkang di dermaga bawah jembatan Ampera.

"Tapi pembagiannya hanya sebatas simbolis, tidak semuanya dapat," kata dia.

Heri sendiri mengaku sangat sadar akan pentingnya keselamatan saat berkendara, termasuk di kapal.

Dia juga sudah memiliki niat untuk membeli perlengkapan keselamatan bagi para penumpangnya dalam jumlah yang lengkap.

"Tapi susah juga ya, kadang dari penumpangnya yang nolak. Misalnya kita beli untuk 30 penumpang, tidak semuanya mau pakai. Alasannya risih, tidak nyaman atau apalah macam-macam keluhan mereka," kata dia.

Minimnya penggunaan alat pengaman saat di kapal tongkang, juga dikatakan Beri, penumpang tongkang yang merupakan warga jalur 8 Sumsel dan saat ini merantau di kota Palembang.

Tahun ini Beri tidak pulang kampung sendiri, dia juga turut serta membawa istri dan anak pertamanya yang baru berusia 5 bulan.

Namun dia mengaku tidak takut akan pulang ke kampung halamannya dengan jalur darat tanpa menggunakan alat keselamatan seperti pelampung.

"Gimana ya, pokoknya yang jelas banyak berdoa selama perjalanan. Jangan mikirin macem-macem soal kecelakaan atau apa. Doanya yang baik-baik saja, biar kita selamat sampai tujuan,"ujarnya.

Beri juga memaklumi terbatasnya alat keselamatan yang dimiliki kapal tongkang yang mengangkut penumpang.

Menurutnya semua itu dikarenakan kesadaran dari nahkoda dan ABK terhadap keselamatan dalam perjalanan yang masih minim.

"Harusnya ada gerakan dari pemerintah ya, misalanya dibagikan secara gratis alat keselamatan seperti pelampung bagi penumpang. Kalau hanya berharap kesadaran sendiri dari ABK, ya pasti susahlah. Jadinya akan seperti ini saja,"ujarnya.(cr8).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved