Hermanto WIjaya Masuk Islam
Saksikan Hermanto WIjaya Masuk Islam, Haji Halim Sampai Syahrial Oesman Hadir di Masjid Raya CGC
Hermanto Wijaya akan mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid raya citra grand city, Jumat (3/4/2019).
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
Beberapa hari terakhir, undangan untuk menghadiri pengucapan syahadat oleh Hermanto Wijaya masif beredar di kalangan jurnalis.
Berikut bunyinya
Undangan Resmi
Mohon kehadiran Bapak/ Ibu/Sdr/ Sdri — dalam acara sakral penuh hidmad
pengucapan syahadatain
oleh Ko.Hermanto Wijaya.
Waktu: 3 Mei 2019
pukul 13:30 WIB (bakda salat Jumat)
Tempat: Masjid Raya Citra Grand City,
Jl. Tembus Soekarno Hatta, Palembang.
Syukron,
Wassalamualaikum wr wb.
Hermanto Wijaya/ Syafik Gani.
Hal yang sama juga dimana akun instagram hits Palembang_bedesau juga membagikan gambar Hermanto Wijaya tengah memakai baju gamis warna putih memakai kopiah warna putih.
Hingga kini Tribunsumsel.com masih mencoba mengkonfirmasi Hermanto Wijaya.
Biodata Hermanto Wijaya
Dikutip dari berbagai sumber, Hermanto Wijaya lahir di Palembang 7 Februari 1956.
Memiliki satu istri bernama Siswati Wijaya dan 3 anak bernama Frengki Hermanto, Drg Reni Wijaya, Agus Karyawijaya ST.
Hermanto Wijaya merupakan putra pasangan Ayah Kwee Liong Seng dan ibu Tiong Njuk Moi.
Hermanto Wijaya juga dikenal kerap berorganisasi.
Diantaranya pernah mengemban sebagai Ketua Pengcab Wushu Palembang 1994-1998.
Presiden Lion Club Palembang kota 307 2006-2007
Dewan Penasehat KNPI Tingkat II Palembang 1995-1999
Tim Perumus Frendly Business Club (FBC)
Badan Pengawas Koperasi Bisnis Sumsel 2007-2011
Bendahara POBSI Sumsel 2006-2010
Wakil Ketua Formasi Sumsel 2012-2016
Wakil Ketua Umum Kadin Sumsel
Hermanto bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses.
Hermanto Wijaya merintis usaha dari nol, bukan warisan dari orangtua.
Hermanto hanyalah lulusan SMA, meskipun sebenarnya dia sangat ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun, keinginannya itu tidak menjadi kenyataan karena terbentur masalah keuangan.
Semasa sekolah dia sudah terbiasa membantu orangtuanya menjual jam di emperan toko.
Begitu pun masa remajanya dilewati dengan penuh kesederhanaan.
Hingga menapaki usia 20 tahun atau tahun 1975, Ko HW sapaan akrabnya membuka usaha jam tangan dengan menyewa lapak di emperan toko.
Saat itu, harga sewa lapak Rp 150 ribu setahun.