Penembakan di New Zealand

Cerita Saksi Mata Penembakan Jamaah Salat Jumat di Masjid New Zealand, Mereka Tiarap dan Ditembaki

Penembakan brutal di masjid di Kota Christchurch New Zealand benar-benar biadab dan mengerikan.

Penulis: Prawira Maulana | Editor: Prawira Maulana
NET
Brandon Tarant, penembak jamaah salat jumat di Selandia Baru. 

Lalu Brenton Tarrant keluar dari kendaraannya, membuka bagasi mobil belakang. Mengambil sebuah senapan laras panjang lainnya.

Lalu, Brenton Tarrant berjalan menuju ke dalam area masjid, lalu senjata itu ditembakkan berulang kali dan kematian serta luka-luka di depan kamera diperlihatkan.

Berdasar laporan dari news.com.au, 27 orang tewas dalam penembakan yang terjadi di dua masjid di Kota Selandia Baru tersebut.

Polisi telah menahan empat orang setelah pria bersenjata itu menembaki jamaah ketika mereka berkumpul untuk sholat Jumat.

Polisi bersenjata dikerahkan di sekitar Masjid Al Noor di mana penembakan terjadi pada pukul 1.40 sore (waktu Selandia Baru) pada hari Jumat, dengan sekolah dan rumah sakit kota itu dikunci.

Laporan kemudian muncul dari tembakan di masjid lain di Linwood Avenue.

Pria itu, yang mengidentifikasi dirinya di Twitter sebagai Brenton Tarrant dari Australia, menyiarkan serangan mematikannya dan menyalakan kamera pada dirinya sendiri sebelum melakukan serangan.

Pria bersenjata itu mengatakan dia melakukan serangan untuk "secara langsung mengurangi tingkat imigrasi ke tanah Eropa".

Dia menggambarkan alasannya untuk serangan itu untuk “menunjukkan pada penjajah bahwa tanah kita tidak akan pernah menjadi tanah mereka, tanah air kita adalah milik kita sendiri dan bahwa, selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kita dan mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kita dan mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah ganti orang-orang kami ”.

Brenton Tarrant mengungkapkan, dia telah merencanakan serangan hingga dua tahun, dan memutuskan untuk menyerang masjid tersebut dalam tiga bulan lalu.

Dia mengatakan Selandia Baru bukan "pilihan asli untuk menyerang", tetapi menggambarkan Selandia Baru sebagai "sasaran kaya lingkungan seperti di tempat lain di Barat".

"Sebuah serangan di Selandia Baru akan memusatkan perhatian pada kebenaran serangan terhadap peradaban kita, bahwa tidak ada tempat di dunia ini aman, para penyerbu berada di semua tanah kita, bahkan di daerah-daerah terpencil di dunia tidak ada tempat lagi yang aman dan bebas dari imigrasi massal. ”

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved