Penipuan Arisan Online di Palembang
Melihat Rumah Bandar Arisan Online Bawa Lari Uang Miliaran di Palembang, di Atas Rawa Berpagar Seng
Sebanyak 62 orang korban penipuan Arisan online 'Amanah Palembang' melaporkan penipuan yang dialami mereka ke SPK Polresta Palembang
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sebanyak 62 orang korban penipuan Arisan online 'Amanah Palembang' melaporkan penipuan yang dialami mereka ke SPK Polresta Palembang, Minggu (10/3/2019).
• Video : Bandar Arisan Online Bawa Lari Uang 1 Miliar, Tetangga Dekat Rumah Pun Ditipu
• Video : Mobil Grand Livina Terbakar Di Simpang Polda Palembang
Diduga kerugian yang dialami para korban mencapai nilai yang fantastis yakni sebesar Rp.1 Miliar.
Berdasarkan keterangan DY, salah seorang korban, nilai tersebut masih belum terakumulasi seluruhnya. Sebab, masih banyak korban lainnya yang belum melaporkan penipuan yang dialami mereka.
Tribunsumsel.com mendatangi rumah milik owner arisan online Amanah Palembang. Letaknya di Jalan Pangeran Sido ing Lautan Lorong Panglong Tangga Buntung. RUmah itu panggung di atas tanah rawa.
Berdasarkan keterangan warga sekitar, rumah tersebut adalah milik Siti Aisyah atau biasa disapa Iis. Namun bila dilihat di Facebook yang digunakannya dalam menjalankan operasional arisan online, owner menggunakan nama Nabila Aina.
"Kami kenal namanya Iis, bukan yang lain,"ujar Ana, tetangga owner online Amanah Palembang.
Rumah panggung berbahan dasar kayu milik Iis tampak terlihat sepi. Terdapat seng yang digunakan sebagai pagar pembatas pun tertutup rapat lengkap dengan rantai dan dikunci dengan menggunakan gembok.
Namun, masih terdapat jemuran milik keluarga Iis yang tergantung di balik seng pembatas rumah tersebut.
"Pasti dia perginya buru-buru, jadi ditinggalkannya saja baju itu," kata Ana dengan nada kesal.
Sebelumnya, aksi penipuan dengan modus arisan online menipu 62 orang di Palembang.
Belasan ibu rumah tangga (IRT) kemudian mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polresta Palembang untuk membuat laporan penipuan arisan online ini, Minggu (10/3/2019).
Kepada petugas, Deby (33 tahun) warga jalan Naskah Kecamatan Sukarami Palembang ini melaporkan bandar arisan online SA (30 tahun), warga Tangga Buntung Palembang.
Lebih lanjut ia mengatakan, jumlah kerugian total dari 62 korban tersebut sebanyak Rp 1 miliar.
• Foto Bangun Tidur Pevita Pearce dengan Rambut Acak-acakan, Teman Chelsea Islan Ini Malah Dipuji
• Sudah Tua dan Kasihan Lama Mengabdi, Pemkot Prabumulih Usul Peserta Tes P3K Lulus 100 Persen
"Kalau saya nyetor ke dia itu setiap 10 hari. sekali kita menyetorkan Rp 700 ribu dan saya ikut mulai Januari 2019 lalu," ungkapnya.
Namun sejak awal mengikuti arisan online ini, hingga saat ini Deby tidak pernah merasakan uang arisan tersebut.
"Harusnya tanggal 7 Maret tadi saya narik, tapi sampai sekarang saya belum merasaka arisannya," katanya.
Bahkan, salah satu korban lainnya ada yang narik arisan namun hanya menerima 20 persen dari uang yang seharunya diterima.
"Kan harusnya teman saya ini dapatnya Rp 5 juta, tapi dia nerima cuma Rp 1 juta, alasannya karena yang lain ada nunggak gak bayar jadi uangnya belum terkumpul," ungkapnya
"Tapi anehnya di sosial media dia posting berada di hotel dan pamer emas, nah disitu kemungkinan uangnya dia pakai untuk beli emas hal ini saya lihat distatusnya," tambahnya.
• Kecelakaan di Tol Palindra, Innova Terpental Ditabrak Isuzu Panther
• Penjambret di Jembatan Ampera Ini Babak Belur, Aksinya Merampas HP Warga Pekanbaru Gagal
Beberapa korban sudah pernah ke rumah SA namun kondisi rumah dalam keadaan sepi dak pintu rumah dalam keadaan terkunci.
"Nah pas Jumat, ada teman saya melihat dia bersama suaminya di kawasan km 14 naik motor, boncengan tapi saya tidak tahu ke mana," ujarnya.
Sementara, Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Yon Edi Winara melalui Ka SPK AKP Herry membenarkan, adanya laporan korban.
"Benar sekitar belasan orang telah datang atas laporan penipuan arisan online, tapi alat bukti laporan yang mereka bawa belum lengkap dan masih akan melengkapi bukti laporan terlebih dahulu," urainya.
• Ashanty Sindir Aurel Hermansyah Ingin Berpacaran dengan Orang Bule, Jawaban Aurel Bikin Geleng
• PLN Beri Diskon 50 Persen Sampai 100 Persen Tambah Daya Listrik, Ini Ketentuan dan Syaratnya
• Dilamar Nassar, Inilah Kiprah Juri LIDA 2019 Indosiar Zaskia Gotik di Belantika Dangdut Indonesia
Masuk Radar OJK
Meski bukan termasuk investasi, arisan online juga masuk dalam radar OJK Sumsel.
Alasannya banyak korban dari perkara ini.
Banyak bandar arisan online yang menipu hingga memakan korban dan berhasil menghimpun dana puluhan hingga ratusan juta.
OJK Sumsel menyarakan untuk tak mengikutinya.
Kepala OJK KR 7 Wilayah Sumbagsel Panca Hadi Suryatno pernah diwawancarai Tribunsumsel.com beberapa waktu lalu mengatakan, hakekatnya arisan dilakukan di darat
Bertemu langsung sekaligus silaturahmi dan juga dilakukan oleh kelompok yang sudah saling kenal.
Nah kalau arisan online jelas saja sudah beda tujuannya.
Online, tidak kenal, kalaupun sudah kenal di darat juga tidak semua anggotanya kenal jadi juga bersiko adanya unsur penipuan.
"Sudah kenal di darat saja tetap tinggi resiko bandar membawa lari uang arisan
Apalagi kalau bandarnya tidak kenal sama sekali semakin besar peluang uang yang disetor dibawa lari," kata Kepala OJK KR 7 Wilayah Sumbagsel, Panca Hadi Suryatno.
KTP Dimanfaatkan Oknum Lakukan Penipuan Arisan Online
Sore itu Keni bersama seorang anak kecil terlihat berdiri di sebuah toko roti di kawasan Demang Lebar Daun.
Berjam-jam dia berdiri sembari menjajakan buku kepada setiap pelanggan ke luar dari toko tersebut.
Sepintas tubuh mungil itu seperti menggendong adiknya, Rabu (20/2/2019).
Rupanya anak kecil yang digendong adalah anaknya yang setiap hari harus ikut berjemur dan kehujanan kala dirinya menjajakan buku dari satu tempat ke tempat lain.
Sang anak yang berusia 3,5 tahun juga enggan memakai sandal, sepanjang hari hanya bertelanjang kaki.
Sejak pagi dia bersama anaknya berjalan menyusuri jalan berpuluh kilo meter.
Tegar nama sang bocah berambut ikal itu terlihat menenteng plastik putih berisi botol air minum.
Sang anak hanya diam saja, ia ikut berdiri di sebelah ibunya.
Keni sengaja melarang sang anak duduk di lantai toko atau kursi kosong supaya penjaga toko tidak marah.
Dengan demikian mereka tetap diperbolehkan berjualan di depan toko tersebut.
"Jangan duduk nak nanti kita diusir," ujarnya memperingatkan sang anak.
Bocah polos itu pun menurut dan tidak jadi duduk.
Saat sang anak lelah, Keni mulai menggendongnya agar tidak uring-uringan.
Hanya lulus sekolah menengah pertama membuat Keni terpaksa bekerja menjual buku milik tetangga.
Wanita berusia 21 tahun ini berharap mendapat untung dari buku yang dijualnya.
Tegar setiap hari diajaknya bukan demi mengharap belas kasih orang tapi karena tidak ada yang menjaganya di rumah.
Ibunya (nenek Tegar) juga berjualan buku di bawah Jembatan Ampera.
Keni setiap hari berjualan buku berpindah-pindah.
Kadang di kawasan simpang Polda, kampus dan seputaran PS, Demang lebar daun, Ramayana hingga pusat keramaian lainnya.
Sementara sang suami pergi bekerja ke Aceh dan tidak pernah pulang lagi sejak anaknya masih berusia enam bulan.
Sejak saat itu warga Kedukan 35 Ilir ini menjadi tulang punggung keluarga.
"Bukunya punya tetangga ambil barang dulu, pulang sore atau malam baru setor hasilnya. Sisa harga awal buku itulah upah saya," ujarnya.
Harga satu buku dikatakan Keni rata-rata Rp 15 ribu lalu dijualnya Rp 20-25 ribu.
Itupun tetap ada yang menawar seharga modal buku itu.
Tapi ada pula yang membeli dan melebihkan dari harga yang disebutnya.
Setiap hari setidaknya dia harus bisa menjual minimal empat buku agar bisa membawa pulang uang.
Kalau tidak maka hanya penat yang dia bawa pulang bersama anaknya.
Meski susah dan terpaksa bekerja seharian, Keni enggan menegemis dan meminta belaskasihan orang lain.
Menurutnya rezeki itu selalu ada jalannya asalkan mau berusaha dan berdoa.
Dia juga bersyukur anaknya tidak rewel saat diajak menjajakan buku. Sehingga bisa tetap berjualan.
Dibalik kisahnya menjajakan buku ternyata ada pula kisah lainnya yang tidak kalah pilu sehingga menyeret namanya hingga berurusan dengan polisi.
Beberapa waktu lalu saat dia menjajakan buku di sekitar SPBU Demang Lebar daun persisnya di dekat halte bus Transmusi, tiba-tiba ada wanita menghampirinya.
wanita itu menawarkan akan ada bantuan dari pemerintah jika dia bersedia KTPnya di foto dan membuat rekening bank.
Diiming-imingi janji akan mendapat bantuan Rp 250 ribu setiap bulan, beras dan sejumlah sembako lainnya membuat Keni menyetujui tawaran itu.
Keesokan harinya, Keni bersama wanita itu membuka rekening tabungan pada salah satu bank di kawasan Jalan Letkol Iskandar.
Setelah selesai membuka rekening, tabungan beserta ATMnya diambil wanita itu dengan alasan nanti akan diberikan ke rumah dan akan diinfokan kalau bantuannya sudah dicairkan pemerintah.
Tidak paham soal perbankan membuat Keni percaya dengan janji wanita tersebut.
Ia saat itu yakin jika niat orang tersebut memang ingin membantunya.
Tapi nyatanya pasca memberikan uang Rp 200 ribu, wanita tersebut tidak pernah muncul juga tidak pernah menghubunginya lagi.
Keni semakin terkejut mana kala dia diberi tahu tetangga jika foto KTP miliknya tertera di laman Facebook seseorang yang berisikan posting caci maki dan mengatakan Keni sudah melakukan penipuan arisan online.
Tidak sampai di situ saja, Keni juga dilaporkan ke polisi hingga diperiksa karena memang benar rekening yang pernah dibuatnya menjadi rekening tujuan transfer korban penipuan arisan online.
"Satu bulan saya bolak-balik ke kantor polisi mengurus masalah tersebut, bahkan banyak ibu-ibu korban arisan menagih uang mereka ke rumah,"
"Tapi saya cuma bisa jelaskan kalau saya tidak melakukan penipuan dan rekening tersebut dimanfaatkan orang tidak bertanggung jawab," ceritanya.
Keni juga ikut pusing karena tidak bisa berjualan, bahkan ibunya sampai sakit karena khawatir memikirkannya bisa jadi pesakitan karena rekening yang pernah dibuat disalahgunakan orang lain.
Bahkan korban penipuan arisan online bukan hanya dari Palembang saja tapi juga Lampung sehingga Keni disarankan memenuhi panggilan polisi di Lampung juga.
"Alhamdulilah polisi yang memeriksa saya saat BAP kenal dan mengatakan sering melihat saja berjualan di jalan sehingga tidak mungkin menipu."
"Lalu saya juga disarankan membuat laporan bahwa benar rekening, alamat, juga memori telpon yang digunakan untuk melakukan penipuan itu miliknya tapi bukan dia mengoperasikannya," jelasnya.
Berkaca dari pengalaman itu Keni lebih waspada saat ada orang yang bertanya detail padanya selain soal buku. Dia enggan kasus serupa kembali menimpanya.