Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Palembang Dipadati Ribuan Orang, Ada Kurban Kambing Hitam

Ribuan orang pengunjung, baik umat Tionghoa yang datang untuk beribadah maupun masyarakat lain yang ingin berwisata melihat kemegahan acara Cap Go Meh

Editor: M. Syah Beni
TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
CAP GO MEH - Ribuan masyarakat keturunan tionghoa memadati Pulau Kemaro untuk memperingati sekaligus melakukan ritual sembahyang pada malam puncak perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, Jumat (22/2/2013). Masyarakat yang datang ke Pulau Kemaro bukan hanya warga keturunan tionghoa saja yang akan melaksanakan ibadah saja, tapi juga semua masyarakat Palembang bahkan masyarakat luar kota pun datang ke Pulau Kemaro. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Perayaan Cap Go Meh tahun 2019  berlangsung di pulau Kemaro Palembang.

Ribuan orang pengunjung, baik umat Tionghoa yang datang untuk beribadah maupun masyarakat lain yang ingin berwisata melihat kemegahan acara Cap Go Meh.

Kegiatan Cap Go Meh merupakan kegiatan ibadah atau religi yang dilakukan setiap tahunnya.

Selain kegiatan ibadah, akan diadakan Kurban seekor kambing hitam untuk keramat Siti Fatimah yang berlangsung pukul 00.00 WIB.

Kegiatan Cap Go Meh dimeriahkan dengan acara kembang api.

Sejarah Pulau Kemaro

Ada legenda seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Sriwijaya.

Siti Fatimah diajak ke daratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun An.

Setelah disana beberapa waktu Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Palembang dan di hadiahi 7 buah guci, sesampainya di perairan Musi dekat pulau Kemaro.

Tan Bun An mau melihat hadiah yang diberikan.

Begitu dibukanya Tan Bun An kaget sekali melihat isinya hanya sawi-sawi asin.

Tanpa berpikir panjang, dibuangnya ke sungai tapi guci yang terakhir terjatuh dan pecah diatas dek perahu layar.

Ternyata ada hadiah yang tersimpan di dalamnya.

Tan Bun An tidak banyak berpikir lagi untuk langsung melompat ke sungai untuk mencari guci-guci yang ia buang tadi.

Seorang pengawal juga terjun untuk membantu melihat 2 orang tersebut.

Tidak muncul, Siti Fatimah pun ikut lompat untuk menolong dan ternyata tiga-tiganya tidak muncul lagi ke permukaan.

Penduduk sekitar pulau sering mendatangi pulau Kemaro untuk mengenang 3 orang tersebut dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat sekali. (Tribunsumsel.com/ Petrus Marudut)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved