Pendaki Gunung Dempo Meninggal
Mahasiswa UMP Meninggal di Gunung Dempo, Pendaki Perlu Ketahui Tahapan Gejala Hiportemia
Gejalanya mulai dari pusing, menggigil, hingga halusinasi seperti kesurupan. Meski berawal gejala ringan, penyakit ini banyak menyebabkan kematian
TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM-Firdaus (19 tahun), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang meninggal dunia di Gunung Dempo Pagaralam.
Firdaus merupakan satu dari peserta Pendidikan Dasar (Diksar, red) Brigade Mahasiswa Pecinta Alam Semesta (BRIMPALS).
Firdaus diduga mengalami hipotermia saat berada di puncak Dempo Pagaralam. Korban dievakuasi pada pukul 21:00 WIB, Senin (4/2/2019).
Banyaknya kejadian hipotermia seolah tidak dijadikan pelajaran bagi para pendaki gunung.
Para pendaki kerap salah mengidentifikasi gejala hipotermia, yang berakibat kesalahan pada penanganannya.
• Inalilahi, Warga Geger Temukan Mayat Wanita Usia 18 Tahun dan Bayinya, Diduga Dibunuh Oleh Sosok Ini
• Slamet Budiono Dikabarkan Bergabung ke Persiba Balikpapan ? Ini Penjelasan Budi
Dikutip dari kompas.com yang mengutip buku Mountaineering-The Freedom of the Hills karangan Edelstein, Li, Silverberg, dan Decker (2009), hipotermia adalah suatu kondisi ketika mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Biasanya, suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C (95°F).
Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.
Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh (Fauci, 2008).
Dalam buku yang mahsyur di kalangan pendaki tersebut, hipotermia masuk dalam kategori exposure, yaitu kelelahan fisik yang disebabkan oleh keadaan alam atau lingkungan.
• Slamet Budiono Dikabarkan ke Persiba Balikpapan, Ini Kata Manajemen Sriwijaya FC
• Kawanan Perampok Bobol ATM Bank Mandiri di Banyuasin, Satpam Disekap Hingga Warga Jadi Korban
Anggota Senior Mountaineering Wanadri, Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, mengatakan selain karena minimnya perencanaan dan persiapan pendakian, banyak pendaki pemula minim pengetahuan terkait hal-hal non teknis seperti hipotermia.
"Hipotermia biasa terjadi pada keadaan basah dan berangin di tempat yang dingin, medan yang ditempuh tidak terlalu menentukan, justru persiapan kita yang menentukan,” tutur Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, saat dihubungi KompasTravel, Selasa (16/5/2018).
Ia mengatakan hipotermia terbagi ke dalam beberapa fase atau stadium.
• Awalnya Bandingkan Kemiripan dengan Rossa, Afgan Syahreza Malu Saat Tahu Identitas Wanita Ini
• Semarak Imlek 2019, Main Air di Amanzi Waterpark Dihibur Barongsai
Gejalanya mulai dari pusing, menggigil, hingga halusinasi seperti kesurupan.
Meski berawal dari gejala ringan, penyakit ini banyak menyebabkan kematian.
Simak gejalanya berikut ini.
Stadium Ringan
Stadium Ringan Terjadi penyempitan pembuluh darah pada permukaan kulit pendaki.
Ia akan merasa kedinginan dengan merinding hebat beberapa kali, kemudian semakin sering.
“Mulai terasa pusing di awal, ini juga gejala hipotermia,” ujar pria “kepala lima” yang kerap dipanggil Kang Bongkeng oleh para pendaki.
Stadium Sedang
Stadium Sedang Setelah mengalami gejala stadium ringan, pendaki akan mulai sulit melakukan gerak tubuh, yang rumit seperti mencengkeram, atau memanjat.
Meskipun si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal.
Stadium Berat
Stadium Berat Beranjak lagi ke stadium terakhir, pendaki akan merinding makin hebat, datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti.
Makin lama ,fase berhenti merinding semakin panjang. Hingga akhirnya benar-benar berhenti.
“Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa (bahan energi),” begitu kutipan dari buku Panduan Mapala UI 2012.
Pendaki kemudian akan merasa sangat lemas, sampai jatuh dan tak bisa berjalan atau melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya.
Otot pendaki mulai kaku, Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.
• Kronologi Firdaus Mahasiswa Muhamadiyah Palembang Meninggal di Gunung Dempo, Ikut Pendidikan Dasar
Ciri lainnya yang terlihat ialah kulit mulai pucat, bola mata tampak membesar, dan denyut nadi terasa menurun.
“Batasnya di suhu 30 derajat celcius, masuk fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup. Ataupun tiba-tiba halusinasi seperti kesurupan, ini yang banyak salah persepsi,” jelas Bongkeng.
Pada suhu internal 32 derajat celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi. Menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung.