Berita Pagaralam
Kronologi Firdaus Mahasiswa Muhamadiyah Palembang Meninggal di Gunung Dempo, Ikut Pendidikan Dasar
Firdaus (19 tahun), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang meninggal dunia di Gunung Dempo Pagaralam
Laporan wartawan Sriwijaya Post, Wawan Septiawan
TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM–Firdaus (19 tahun), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang meninggal dunia di Gunung Dempo Pagaralam.
Firdaus merupakan satu dari peserta Pendidikan Dasar (Diksar, red) Brigade Mahasiswa Pecinta Alam Semesta (BRIMPALS).
Firdaus merupakan mahasiswa semester 1 tercatat sebagai warga Mesuji, Kabupaten OKI.
Firdaus diduga mengalami Hipo (Kedinginan, red) saat berada di puncak Dempo Pagaralam. Korban dievakuasi pada pukul 21:00 WIB, Senin (4/2/2019).
Bayu Ketua BRIMPALS saat dibincangi mengatakan, kegiatan Diksar yang dilakukan oleh Brims Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah dimulai pada 26 Januari 2019 dengan total seluruh 26 orang mahasiswa.
• Beredar Kabar Orang Mabuk Lalu jatuh dari Jembatan Ampera, Ini Fakta Penelusurannya
• Usai Tolak RUU Permusikkan, Jerinx SID Ajak Orang Bali Boikot Usaya Ayam Milik Anang Hermansyah
"Kita juga sudah melakukan SOP untuk seluruh peserta Diksar meliput keterangan sehat, riwayat penyakit, izin keluarga serta izin izin lain maupun dari Kampus dan kepolisian, dari tanggal 26 Januari kita sudah di Pagaralam," kata Bayu.
Dijelaskan Bayu, kejadian yang menimpa anggotanya mendadak, pada saat itu usai melakukan semua kegiatan di pelataran puncak Dempo dirinya beserta anggota beristirahat untuk makan lalu packing perlengkapan.
Saat hendak meninggalkan pelataran Dempo tiba-tiba Firdaus tidak sadarkan diri.
"Setelah kami istirahat dan usai makan serta packing perlengkapan untuk pulang, Firdaus tiba-tiba tidak sadarkan diri, kami spontan langsung melakukan P3K serta menghubungi Forpa dan warga Kampung 4 Pagaralam Selatan untuk dilakukan evakuasi."
"Korban langsung di evakuasi ke RSUD lebih kurang pukul 04:00 WIB dikabarkan sudah meninggal dunia," jelasnya.
• Warga Desa Beringin Muaraenim Heboh Penemuan Mayat Pria Tanpa Identitas di Jalan Lintas
• Pencuri Beraksi di Kos-kosan di Jalan A Yani Palembang, 2 Sepeda Motor Hilang Sekaligus
Kapolres Pagaralam AKBP, Tri Saksono Puspo Aji melalui Kapolsek Pagaralam Utara AKP Herry Widodo, membenarkan kejadian tersebut.
"Satu korban meninggal dunia salah satu anggota peserta Diksar dari Brigade Mahasiswa Pecinta Alam Semesta (BRIMPALS), Fakultas Hukum Muhammadiyah Palembang," ujarnya.
Cuaca Ekstrim
Status Gunung Api Dempo (GAD) Kota Pagaralam saat ini berada di level I atau aktif normal setelah setahun lebih berada dilevel II atau Waspada.
Saat ini pendaki yang akan naik ke puncak gunung tertinggi di Sumsel tersebut harus waspada dan hati-hati.
Pasalnya saat ini cuaca di puncak Guung Dempo dan GAD sedang ekstrim.
Selain hujan deras yang terus mengguyur, badai juga menjadi salah satu penyebab ekstrimnya cuaca di sana.
Informasi yang dihimpun, Selasa (29/1/2019), saat ini hujan dan badai terus menguyur puncak Gunung Api Dempo.
Bahkan akibat hujan dan badai tersebut, banyak pendaki yang tidak bisa menikmati keindahan kawah GAD yang memiliki beberapa warna.
• Pria Tanpa Identitas Tewas Terjatuh dari Jembatan Ampera Palembang
• UFC 234 Perebutan Gelar di Kelas Middleweight : Whittaker vs Gastelum, ini Profil Kedua Petarung
Salah satu pendaki Pagaralam, Bijak Pulon membenarkan, jika saat ini cuaca dipuncak GAD sedang ekstrim.
Meskipun demikian masih ada beberapa pendaki yang tetap naik puncak.
"Cuaca ekstrim, di puncak hujan dan badai terus terjadi. Jadi jika ada pendaki yang hendak naik puncak diharapkan hati-hati dan membawa perlengkapan cukup. Pasalnya cuaca menjadi lebih dingin," ujarnya.
Hal ini juga dikatakan Petugas Pos Pemantau GAD.
Pasalnya berdasarkan hasil rekaman alat seismograf dan pemantauan visualisasi, kawasan merapi dan puncak Gunung Dempo, saat ini tengah mengalami cuaca ekstrim disertai angin kencang dan hujan.
Petugas Pos Pemantau GAD, Megian Nugraha mengatakan, kondisi cuaca ekstrim tersebut sangat membahayakan bagi para pendaki.
• Akhirnya Citilink Tunda Penerapan Bagasi Berbayar, Bagasi Gratis dan Ini Alasannya
• Viral Foto Supir Ambulance Turunkan Penumpang Sakit di Tengah Jalan, Alasannya Gara-gara Kades
Jadi pendaki harus berhati-hati sat melakukan aktifitas di kawasan GAD.
"Kami mengimbau kepada masyarakat, khususnya pecinta alam untuk meningkatkan kewaspadaan saat melakukan pendakian ke puncak GAD," imbaunya.
Namun untuk aktivitas kegempaan terpantau fluktuatif atau naik turun.
Sedangkan kegempaan tremor nihil, namun embusan masih sering terjadi terpantau hasil data alat rekaman kegempaan.
Fakta-Fakta Gunung Dempo Dikutip dari Sripoku.com
1. Gunung Dempo dan Kayu Panjang Umur
Gunung Dempo memiliki ketinggian lebih kurang 3.159 meter dari permukaan laut (dpl), iklim berkabut, dengan suhu dipuncak gunung mencapai dibawah 1 – 3 derajat Celcius.
Selain itu dipuncak masih terdapat beberapa kawah dan diantaranya, airnya dapat diminum langsung.
Salah satu keunikkan ciptaan ilahi ini adakah terdapat pohon kayu Panjang Umur, yang tertanam secara rapih dan tertata dengan jarak antara pohon sepanjang 2 meter, dan bila tumbuh kurang dari itu, tanam itu akan mati dengan sendirinya.
Gunung Dempo, Kayu Panjang Umur Nyaris Punah" width="700" height="393" />
Populasi kayu panjang umur yang buahnya hanya bisa ditemukan saat berada di puncak Gunung Dempo ini kian hari kian berkurang karena kerap diambil pendaki.
Tanaman lainnya adalah pohon Kayu Api, dipuncak gunung Dempo anda tidak akan mampu memasak air dengan menggunakan kompor minyak atau kompor gas.
Karena air tidak akan masak dan mendidih disana kecuali anda menggunakan Kayu Api, yaitu kayu hijau sebangsa tanaman yang masih basah dan bila kayunya digesek-gesekkan akan mengeluarkan api.
Dengan menggunakan kayu api inilah anda akan dapat memasak air dan nasi dipuncak gunung itu.
2. Harimau.
Cerita manusia harimau di gunung Dempo bukan isapan jempol.
Manusia harimau disebutkan sebagai penjaga dan tidak menganggu jika tidak diganggu.
Wujudnya seringkali terlihat sama seperti manusia, tapi sering kali ada yang bernasib sial melihatnya berwujud harimau.
Salah satunya cerita manusia harimau.
Telah banyak lagenda yang kita dengar tentang manusia jadi-jadian (Jelmaan) Harimau yang sakti mandraguna.
Memiliki kekuatan dahsyat bahkan dapat menghindar dari terjangan senjata tajam.
Berdasarkan cerita rakyat setempat, jika memang benar ada penunggu yang harus dihormati di gunung dempo.
Kisah manusia Harimau berawal dari sebuah tarian Ulu yaitu silat Harimau, silat ini bernuansa magis, dan tidak semua dan sembarangan orang yang dapat terpilih.
Kendati yang mengikuti latihan silat tersebut dalam jumlah banyak.
Namun yang terpilih langsung mendapatkan wangsit dari Suhu (Guru besar yang memiliki langsung Ilmu Harimau) yang berada di Gunung Dempo.
Lantas yang menjadi pertanyaan kita adalah siapa Suhu itu sebenarnya? Manusia (Puyang) ataukah mahluk haluskah (Dedemit)? Misteri ini hingga kini belum terjawab.
Memang hal-hal yang berbau mistik sukar dinalar secara ilmiah, namun fakta menunjukkan dan membuktikan bahwa kekuatan spritual itu memang ada.
Mereka yang terpilih (memiliki ilmu Harimau) itu dapat dibuktikan secara kasat mata.
3. Emas Murni di Gunung Dempo
Ada materi yang lebih murni dari emas di sekitar Gunung Dempo, masak sih? bisa jadi.
Hal tersebut dikemukakan oleh Jurnalis Sripo Sutrisman Dinah yang mendesak pemerintah melakukan penelitian besar-besaran di kawasan Gunung Dempo mengingat banyak sekali penemuan-penemuan purbakala di daerah tersebut, dalam kutipan saya sebelumnya disebutkan bahwa Lahat dan Pagaralam memiliki temuan situs paling banyak di dunia. Menarik bukan.
Memang bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, dan lebih penting lagi adalah bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai masa lalu ke konteks kekinian.
Banyak sekali penemuan benda purbakala di Pagaralam, Lahat, dan daerah lain di sekitar Gunung Dempo, Sumatera Selatan.
Sudah seharusnya dengan banyaknya penemuan ini, pemerintah melakukan penelitian besar-besaran di daerah tersebut, sehingga akan menjawab berbagai persoalan bangsa ini.
"Pertama, soal identitas bangsa. Selama ini banyak sejarawan membangun teori bangsa di Nusantara berasal dari utara atau dari daerah lain. Tetapi adanya artefak bernilai tinggi dari masa prasejarah di sekitar Gunung Dempo, membuka peluang pengungkapan identitas kita sebenarnya. Jangan-jangan kebudayaan yang tersebar di Asia ini berasal dari Nusantara," katanya
4. Keajaiban Azan
Ada satu cerita menarik di gunung Dempo.
Banyak pendaki dan sudah seakan menjadi hal yang diketahui banyak orang jika azan sangat ajaib ketika mendaki.
Betapa tidak, ketika mendaki dan diselimuti kabut tebal.
Pendaki akan kontang melantunkan azan untuk membuka kabut tersebut.
Bukan satu dua orang, banyak yang telah mencoba pengalaman tersebut dan terbukti benar adanya.
Misteri keajaiban azan di Dempo hingga saat ini tak bisa dijelaskan secara teori.
Mengapa setiap kali kabut tebal solusinya adalah dengan azan.
5. Suku Pemberani di Gunung Dempo
Menurut Budayawan Besemah, Bastari Suan, Sukubangsa Besemah atau menurut istilah lokal Besemah Libagh atau Besemah Sekali Nuduh adalah satu kawasan kebudayaan yang berpusat sekitar gunung Dempo (kota Pagaralam) serta menyebar meliputi beberapa suku di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Jambi. Suku ini terkenal sebagai suku pemberani dan penjelajah.
Istilah Besemah sering juga disebut dengan Pasemah. Sebenarnya, istilah ini tidak tepat, Pasemah (Pasumah, Passumah), kata Bastari, adalah istilah yang digunakan oleh orang kolonial seperti Inggeris dan Belanda.
Besemah, terdiri dari kata “be” dan “semah”. Be berati ada, sedangkan “semah” adalah nama ikan yang hidup di sungai di sekitar gunung Dempo dan Hulu Sungai Musi.
Jadi, Besemah adalah sungai yang ada ikan semahnya.
Istilah Besemah sendiri, lanjut Bastari, diberikan oleh seorang puyang (leluhur) yang bernama Atung Bungsu.
Suatu ketika masa lampau, puyang Atung Bungsu menemukan ikan semah di sungai Lematang, dan kemudian menamakan kawasan tersebut dengan Besemah.
Menurut legenda, seorang puyang bernama Atung Bungsu adalah salah satu dari 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit, yang melakukan perjalanan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling.
Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih).
Melalui keturunannya Bujang Jawe (Puyang Diwate), puyang Mandulike, puyang Sake Semenung, puyang Sake Sepadi, puyang Sake Seghatus, dan puyang Sake Seketi yang menjadikan penduduk Jagat Besemah.
Keturunan inilah yang disebut Suku Bangsa Besemah, yang terdiri dari suku-suku dengan bahasa melayu berdialek “e” seperti suku Semende, Gumay, Besemah Ayik Keghuh (di kawasan Empat Lawang), Kikim, Palas Pasemah (di Lampung), Kedurang(di Bengkulu) dan beberapa suku-suku lainnya.
Penulis sejarah Palembang, Johan Hanafiah, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19, menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah (Besemah) dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya.
Ditulis oleh Johan pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah.
Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah.
Namun kesan yang dimunculkan adalah bahwa orang-orang Passumah ini adalah orang-orang yang liar.
Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna tahun 1797.
Disebutkan pula bahwa pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah Selatan yakni perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit cacar.
Bukti-bukti budaya megalitik ditanah Besemah sampai sekarang masih ada. Tetapi permasalahannya, apakah jeme Besemah Sekarang ini adalah keturunan dari Pendukung budaya megalitik tersebut ?
Yang jelas, temuan-temuan peradaban masa purba di kawasan ini belum berhenti dan makin meluas.
Menurut arkeolog, kawasan megalitikum yang berada di sekitar Gunung Dempo (Dempu, atau yang diempu) adalah kawasan megaltitik yang berumur sekitar 3000-5000 tahun sebelum masehi dan terluas di Nusantara.