Berita Palembang

Pasar Pocong Makin Macet Sejak Diresmikan Jembatan Musi 4, Ini Sejarah Nama Pasar Pocong

Sejak dibuka untuk umum, pedagang Pasar Pocong Naga Swidak Plaju mengeluhkan akses jalan di seputaran pasar yang kerap kali mengalami kemacetan parah

Tribun Sumsel/ Shinta Dwi Anggraini
Pasar Pocong di Jalan Telaga Swidak, 14 ULU Palembang sering macet sejak dibukanya Jembatan Musi 4 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Jembatan Musi 4 Palembang telah diresmikan untuk umum, Selasa (8/1/2019).

Sejak dibuka untuk umum, pedagang Pasar Pocong Naga Swidak Plaju mengeluhkan akses jalan di seputaran pasar yang kerap kali mengalami kemacetan parah.

Belum lagi mobil pengangkut sampah di pasar pocong yang setiap pagi selalu terparkir di tepi jalan menyebabkan semakin tersendarnya hilir mudik kendaraan yang melintas.

Asnah, pedagang yang sudah berdagang di pasar pocong selama 2 tahun ini mengaku cukup terganggu dengan adanya kemacetan tersebut.

"Sebelumnya di sini juga suka macet, tapi tidak separah sekarang."ungkapnya, Rabu (9/1/2019).

Jembatan Musi 4 Resmi Dibuka, Pembangunan Jembatan Musi 3 Direncanakan Buat Terowongan

Inilah Detik-detik dan Kronologi Warga Blokade Jalan Jenderal Sudirman, Dipicu Razia Dishub

Asnah mengatakan jam macet di pasar pocong di mulai saat jam pergi sekolah, yakni pada pukul 07.30 WIB.

"Karena banyak yang antar anaknya sekolah ke arah Ilir lewat musi IV. Mereka lewat sini, karena lebih cepat kalau mau ke jembatan, jadi ya di sini macet,"ujarnya.

Hal senada diungkapkan Baidata Bukti, pedagang pecah belah persis di tepi jalan Pasar Pocong.

Menurutnya, kemacetan disebabkan luas jalan yang tidak di seputaran pasar pocong yang terlalu kecil.

"Jalannya kecil, tapi kendaraan yang lewat sekarang makin banyak. Jadi wajar kalau macet,"ujarnya

Sriwijaya FC Jamu Keluarga USU Medan, Ini Jadwal Lengkap Babak 32 Piala Indonesia

Inilah Sosok Orang yang Menyebarkan Berita Hoax Terkait Surat Suara Pilpres Sudah Dicoblos

Baidata khawatir kemacetan yang kerap terjadi akan menggangu pendapatan para pedagang di pasar pocong.

"Karena takutnya nanti orang malas kesini, karena macet. Makanya, saya berharap pemerintah memberikan solusi terbaik untuk mengatasi ini,"ujarnya.

Pasar pocong, kenapa namanya demikian?

Pasar di Palembang ini memiliki nama yang unik. Namanya, Pasar Pocong. Pasar ini berlokasi di Jalan Telaga Swidak, 14 ULU, Kecamatan Seberang ULU I, Palembang.

Lokasinya di tengah-tengah komplek pemakanam.

Pasar ini justru menjadi terkenal di kalangan masyarakat Kota Palembang.

Bertentangan dengan Hati Nurani Jadi Alasan Kuasa Hukum Pilih Mundur Tangani Kasus Vanessa Angel

Ini Evaluasi 100 Hari Kerja Gubernur Sumsel Herman Deru

Dikutip dari sripoku.com, ternyata asal mula penyebutan nama Pasar Pocong ini bukanlah berasal dari sosok pria bernama Zul sebagai perintisnya.

Melainkan dari masyarakat sendiri yang melihat lokasi pasar berada di tengah-tengah kuburan dan spontan menyebutkan dengan Pasar Pocong.

Dulunya pasar ini dikenal sebagai Pasar Pagi Naga Swidak.

“Sebenarnya awal mulai dikenalnya pasar pocong ini tidak tahu juga, dulunya bernama Pasar Pagi Naga Swidak.

"Karena mungkin pasar ini di tengah-tengah kuburan jadi seiring berjalannya waktu orang menyebutnya dengan sebutan pasar pocong, “ ujar Zul, sosok yang menjadi perintis berdirinya Pasar Pocong.

Pria yang akrab dipanggil Zul ini bercerita tentang awal mula dibentuknya Pasar Pocong ini.

Menurutnya, dirinya hanya mencari cara untuk menyelsaikan masalah pribadinya dalam hal perbelanjaan.

“Semuanya berawal dari kerepotan untuk pergi ke Pasar Silaberanti yang cukup jauh dan harus mengantar jemput istri berbelanja,” ujar Zul.

“Selanjutnya, muncul ide untuk membuat pasar disini.Kebetulan pada waktu itu ada ketua DPR yang mendukung untuk didirikannya pasar ini. Dan akhirnya dirintislah dengan mengajak teman yang pertam kali membuat los pada tahun 2004,” tambahnya.

Pada saat merintis pasar ini banyak tanggapan terlontar dari masyarakat, mulai dari yang setuju dengan dibentuknya pasar ini, dan ada juga yang berpendapat kalau pasar ini tidak akan laku dikarenakan terletak di tengah-tengah kuburan.

Walapun nama dan lokasi pasar ini cukup menyeramkan namun pasar ini tetap ramai dikunjungi oleh warga sekitar, mulai dari pukul 7 pagi sampai dengan 12 siang.

“Di sini harga bahan-bahan pokoknya murah daripada pasar yang lainnya, misalnya harga telur mereka hanya mengambil keuntung sebesar 400-500 perkilonya,” ujar Zul.

Pasar yang memiliki panjang lokasi sekitar 100 meter ini dulunya berawal dari lapak kecil-kecil yang didirikan oleh Zul beserta teman-temanya.

Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Mengenal Pilot Thamrin Group, Keluarga Kaya di Palembang dengan Segudang Lini Bisnis

Lapangan kosong di depan rumahnya menjadi titik awal dibentuknya pasar kecil-kecil yang kini telah berkembang menjadi Pasar Pocong.

Harga yang murah dan tarif sewa tempat yang tidak terlalu mahal menjadikan tempat ini sebagai tempat yang paling diminati jika ingin membuka lapak dagangan disini.

“Tarif harga sewa disini tergantung bagaimana nego dengan pemilik lahan, biasanya murah,” ujar Zul.

Keadaan pasar yang berada ditengah-tengah kuburan ini membuat para pedagang mendirikan lapak bangunannya di atas kuburan.

Manajemen Sriwijaya FC akan Panggil Pemain setelah Bayar Gaji dan DP Pemain  

Ditahan dan Dihukum Seumur Hidup Oleh PSSI, Terungkap Peran Vigit Waluyo di Pesepakbolaan Indonesia

Sebenarnya dulu Zul adalah pengurus yang bertugas untuk mengurusi pasarnya ini.

Pada akhirnya ia mengundurkan diri karena terkendala biaya dan sampai sekarang tidak ada pengurusnya.

Terkait dengan permasalahan yang terjadi di pasar, Zul menerangkan bahwa di sini menerapkan asas keperdulian antar sesama penjual.

Dengan adanya pasar ini, keadaan kuburan jua menjadi lebih bersih karena pedagang yang berjualan disini biasanya membersihkan rumput-rumput disini secara sukarela.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved