Berita Palembang

Pasar Pocong Makin Macet Sejak Diresmikan Jembatan Musi 4, Ini Sejarah Nama Pasar Pocong

Sejak dibuka untuk umum, pedagang Pasar Pocong Naga Swidak Plaju mengeluhkan akses jalan di seputaran pasar yang kerap kali mengalami kemacetan parah

Tribun Sumsel/ Shinta Dwi Anggraini
Pasar Pocong di Jalan Telaga Swidak, 14 ULU Palembang sering macet sejak dibukanya Jembatan Musi 4 

Dikutip dari sripoku.com, ternyata asal mula penyebutan nama Pasar Pocong ini bukanlah berasal dari sosok pria bernama Zul sebagai perintisnya.

Melainkan dari masyarakat sendiri yang melihat lokasi pasar berada di tengah-tengah kuburan dan spontan menyebutkan dengan Pasar Pocong.

Dulunya pasar ini dikenal sebagai Pasar Pagi Naga Swidak.

“Sebenarnya awal mulai dikenalnya pasar pocong ini tidak tahu juga, dulunya bernama Pasar Pagi Naga Swidak.

"Karena mungkin pasar ini di tengah-tengah kuburan jadi seiring berjalannya waktu orang menyebutnya dengan sebutan pasar pocong, “ ujar Zul, sosok yang menjadi perintis berdirinya Pasar Pocong.

Pria yang akrab dipanggil Zul ini bercerita tentang awal mula dibentuknya Pasar Pocong ini.

Menurutnya, dirinya hanya mencari cara untuk menyelsaikan masalah pribadinya dalam hal perbelanjaan.

“Semuanya berawal dari kerepotan untuk pergi ke Pasar Silaberanti yang cukup jauh dan harus mengantar jemput istri berbelanja,” ujar Zul.

“Selanjutnya, muncul ide untuk membuat pasar disini.Kebetulan pada waktu itu ada ketua DPR yang mendukung untuk didirikannya pasar ini. Dan akhirnya dirintislah dengan mengajak teman yang pertam kali membuat los pada tahun 2004,” tambahnya.

Pada saat merintis pasar ini banyak tanggapan terlontar dari masyarakat, mulai dari yang setuju dengan dibentuknya pasar ini, dan ada juga yang berpendapat kalau pasar ini tidak akan laku dikarenakan terletak di tengah-tengah kuburan.

Walapun nama dan lokasi pasar ini cukup menyeramkan namun pasar ini tetap ramai dikunjungi oleh warga sekitar, mulai dari pukul 7 pagi sampai dengan 12 siang.

“Di sini harga bahan-bahan pokoknya murah daripada pasar yang lainnya, misalnya harga telur mereka hanya mengambil keuntung sebesar 400-500 perkilonya,” ujar Zul.

Pasar yang memiliki panjang lokasi sekitar 100 meter ini dulunya berawal dari lapak kecil-kecil yang didirikan oleh Zul beserta teman-temanya.

Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Mengenal Pilot Thamrin Group, Keluarga Kaya di Palembang dengan Segudang Lini Bisnis

Lapangan kosong di depan rumahnya menjadi titik awal dibentuknya pasar kecil-kecil yang kini telah berkembang menjadi Pasar Pocong.

Harga yang murah dan tarif sewa tempat yang tidak terlalu mahal menjadikan tempat ini sebagai tempat yang paling diminati jika ingin membuka lapak dagangan disini.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved