Cerita Khas Palembang

Kisah Legenda Makan Tigo Ngaku Dua, Begini Reaksi Warga Palembang, Ungkap Modus yang Dipakai

Tribun menyajikan liputan khas Plembang yang ringan bagi pembaca. Barangkali bisa memanggil-manggil memori lama dan membuat hari jadi lebih bahagia.

Penulis: Prawira Maulana | Editor: M. Syah Beni
TIARA/TRIBUNSUMSEL.COM
Makan pempek sepeda di Lumban Tirta. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tribun menyajikan liputan khas Plembang yang ringan bagi pembaca. Barangkali bisa memanggil-manggil memori lama dan membuat hari jadi lebih bahagia.

Sebelumnya Tribun menurunkan series tulisan tentang artikal "Makan Tigo Ngaku Duo" yang sering memakan korban para pedagang pempek khususnya di Lumban Tirta.

 Makan Pempek Tigo Bayar Duo, Sekarang Tak Seganas Dulu

- Mari Membedah Kalimat Gelantum Ujinya dan Teka-teka Tatakannya

- Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Cerita ini Tribunsumsel.com share di akun Intagram Tribun Sumsel @tribunsumsel.

Artikel ini ternyata banyak mendapatkan tanggapan dari para followers.

Mereka pun saling mention teman-teman lama semasa sekolah dulu yang katanya sering mepraktikan ilmu ini.

Seperti yang dilakukan akun dodigustiXXX.

Ia memention tiga temannya dan meminta mereka mengaku.

Ada juga netizen yang jujur dan mengungkapkan modus yang dipraktikkan teman-temannya untuk melancarkan aksi ini.

Ada yang modusnya ternyata datang sekali bergerombolan. Dengan datang seperti ini tentu mamang pempek agak sedikit bingung.

Biasanya memang mamang pempek sepeda percaya-percaya saja. Apalagi dia senang.

Pembaca bisa melihat komentar para netizen yang lucu-lucu ini dengan mengunjungi akun instagram @tribunsumsel.

Tapi tentu ini semua bukan perkara serius.

Harapannya artikel ini bisa membangkitkan lagi kenangan bersama teman-teman lama.

Tapi, lebih bagus lagi jika ada yang ingin meminta maaf.

Pempek sepeda, sering juga disebut pempek toet-toet. Si penjual suka memanggil-manggil calon pembeli dengan memencet toet-toet karet yang ada di stang sepedanya.

Kawasan Lumban Tirta Palembang, jadi satu tempat mangkal para mamang pempek sepeda yang ramai. Habis berenang sama teman-teman, surgawi nian makan pempek ini.

 Makan Pempek Tigo Bayar Duo, Sekarang Tak Seganas Dulu

- Mari Membedah Kalimat Gelantum Ujinya dan Teka-teka Tatakannya

- Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Bukan main enaknya. Keasyikan ngirup Makan senianan. Ayo ngaku, kamu pernah melakukannya di Lumban?

Tribun menyajikan liputan khas Plembang yang ringan ini pada pembaca. Barangkali bisa memanggil-manggil memori lama dan membuat hari ini jadi lebih bahagia.

Makan pempek sepeda di Lumban Tirta.
Kami ajak melihat lebih dalam seperti apa terzoliminya mamang pempek toet di Lumban Tirta. Barangkali ada yang mau minta maaf karena pernah melakukannya. 
Sumardi (53) sudah sejak tahun 1991 jadi mamang pempek sepeda. Ia membawa pempek di kotak kaca bening pada bagian tempat duduk penumpangnya.

Pempeknya bervariasi mulai pempek kulit, pempek adaan, pempek lenjer kecil, pempek telur kecil, pempek tahu, dan lain-lain.

Satu buah pempek harganya seribu rupiah. Ternyata ia sering terzolimi. Pembeli makan pempeknya lima tapi hanya bayar uang tiga ribu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved