Gempa Donggala

Gempa Donggala, Muncul Lumpur Pencabut Nyawa Disebut Likuifaksi yang Kuburkan Sebagian Wilayah Ini

Gempa Donggala, Muncul Lumpur Pencabut Nyawa Disebut Likuifaksi yang Kuburkan Sebagian Wilayah Ini

kompas.com/rosyid a azhar
Seorang warga menunjukkan rumah beton yang digulung lumpur yang keluar dari perut bumi dan berpindah ratusan meter di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pasca-gempa bermagnitudo 7,4. 

Dia tidak tahu kabar keluarganya. Dia pasrah.

Syamsuddin menunjukkan papan kayu yang berantakan diobrak-abrik lumpur sebagai patokan rumahnya yang terkubur lumpur.

"Saya sedih, saya hanya bisa berdoa untuk kebaikan semuanya," ujar Syamsuddin.Petaka Petobo adalah duka semuanya. Semua yang ada di sini telah musnah ditelan lumpur.
Tinggal harapan baru yang akan memulai kehidupan kemudian.

Mereka sadar, keluarga yang tersisa adalah masa depan. Termasuk untuk memahami fenomena ini, lumpur yang menyembur dari dalam perut bumi.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut lumpur yang mengubur kelurahan Petobo adalah fenomena alam yang disebut likuifaksi

"Likuifaksi itu lebih kepada larutnya suatu benda padat ke benda cair. Terkait sama gempa bumi ini, di daratan itu kan di bawahnya ada air tanah, begitu ada getaran, barang-barang padat di atas itu akan melarut, teraduk akibatnya getaran. Jadi melarut dengan air tanah di bawahnya," kata Agustan, ahli geologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Likuifaksi diumpamakan Agustan sama seperti saat kita mengaduk air dan pasir di dalam botol. Barang padat seperti pasir akan berubah menjadi cair.

Pada ahli memandang daerah yang terkena gempa pada hari Jumat (28/09) memang rawan terjadinya likuifaksi karena susunan tanah yang berpasir.

"Pada umumnya itu terjadi pada tanah yang berpasir. Dia harus jenuh air, mudah terendam air. Ketika dia mengalami guncangan maka air itu akan memiliki tekanan yang berlebih karena dia mendorong ke sana kemari dan mendorong partikel pasir atau tanah yang tidak lengket," kata Taufiq Wira Buana, peneliti Badan Geologi, kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Tanah semacam itu biasanya yang mudah bersentuhan dengan air.

"Air biasa, air yang ada di dalam tanah itu, mungkin masyarakat umum mengonsumsinya sebagai air tanah. Memang syaratnya, air itu biasanya dangkal, dekat dengan permukaan tanah, kisaran lebih kurang 10 meter," sambung Taufiq.

Likuifaksi, gempa, palu

BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ESDM

Proses likuifaksi
Enam tahun lalu, ESDM sudah melakukan penelitian terkait gejala alam ini di beberapa tempat, termasuk di Sulawesi Tengah.
"Di Palu itu memang potensi likuifaksi memang ada. Tahun 2012 kita sudah mengidentifikasi kota Palu sendiri, di bagian tengah rata-rata endapan berumur masih muda, banyak pasir, lumpur yang masih belum terikat, masih gembur," kata Taufiq.

Lumpur yang keluar dari perut bumi pasca-gempa bermagnitudo 7,4 menenggelamkan rumah-rumah di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Tanah di Perumahan Balaroa anjlok setelah gempa-tsunami melanda Kota Palu dan sekitarnya, pada Jumat (28/9).

Likuifaksi, imbuh Taufiq, tinggal menunggu waktu.

"Pemicunya, salah satunya adalah sesar Palu Koro lewat di situ," ujarnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved