Gempa Donggala

Kenapa Tsunami di Palu Tidak Terdeteksi? Ini Penjelasan Detil dari Badan Informasi Geospasial

Stasiunnya persis di pinggir laut. Online pakai listrik. Sebelum gempa sebenarnya berfungsi tetapi begitu gempa komunikasi listrik mati

kolase/Instagram Makassar Inffo
Foto Detik Detik Satu Keluarga Terjebak Gelombang Tsunami Palu 

TRIBUNSUMSEL.COM-Peringatan dini tsunami pascagempa 7,4 SR di Donggala, Jumat (28/9/2018) sempat dicabut. Tidak lama kemudian, tsunami datang menghancurkan Kota Palu dan sejumlah fasilitas lainnya.

Dua hari terakhir, banyak orang mengungkapkan keheranannya soal peringatan dini dan penanganan bencana. "Kok bisa tsunami Palu enggak tahu?"

"Memang kita enggak punya peta hazard sampai enggak tahu?" Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Z Abidin mengungkapkan keruwetan masalah yang dihadapi saat gempa Donggala yang diikuti tsunami Palu.

Ia menjelaskan, BIG sebenarnya mengelola satu stasiun pasang surut di dermaga Kota Palu.

Baca: Piala Asia U-16-Jelang Lawan Indonesia, Pelatih Australia Ungkap Kebahagiaan Gabung Sepakbola Asia

Baca: Piala AFC U-16, Jepang Lolos Semifinal, Tunggu Pemenang Timnas Indonesia Vs Australia

Dalam stasiun itu terdapat alat pengukur pasang surut yang berfungsi mendeteksi tsunami.

Didukung dengan daya listrik, stasiun akan meneruskan data pasang surut ke pemangku kepentingan seperti BIG dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Stasiunnya persis di pinggir laut. Online pakai listrik. Sebelum gempa sebenarnya berfungsi tetapi begitu gempa komunikasi listrik mati," jelasnya.

Hasan menambahkan, dia sendiri tak tahu nasib stasiun pasang surut, apakah hancur akibat gempa dan tsunami atau masih berdiri.

Baca: Telepon Darurat 110 Selamatkan Seksi Dancer di Palembang Ini dari Penyekapan oleh Rekan Seprofesinya

Baca: BPOM : Kopi Luwak White Coffee Sachet Aman Dikonsumsi, Ini Penjelasannya

"Yang jelas begitu listrik mati, data berhenti mengalir. Inilah tantangannya kalau alat tergantung listrik. Kita mengandalkan baterai cadangan tetapi ternyata juga tidak berfungsi," ungkapnya.

Ketika stasiun pasang surut tak berfungsi, sebenarnya masih ada satu harapan: buoy tsunami yang biasanya dipasang di lepas pantai.

"Tapi yang saya tahu kita tidak punya buoy tsunami di Palu. Buoy tsunami juga punya masalah. Banyak yang hilang dicuri," ungkap Hasan.

Gempa palu, kata hasan, punya pelajaran penting soal perlunya infrastruktur peringatan dini gempa dan tsunami.

"Kita perlu buoy tsunami dan back up jika satu tidak berfungsi. Termasuk soal stasiun pasang surut, bagaimana bisa tetap beroperasi dengan baterai cadangan," katanya.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved