Kebakaran Hutan dan Lahan
Deretan Perempuan Tangguh Pengendali Api Gambut OKI, Rika Berprofesi Guru PAUD
Hanya api Asian Games yang boleh menyala di OKI, jaga nama baik bangsa dan negara. Semua berjuang mewujudkan Sumsel zero asap
Mereka Ramitha (19), Rika (28), Marlin (24) dan Sinta (30). Kebanyakan perempuan sebaya mereka mungkin lebih memilih melakukan perawatan di salon kecantikan, atau duduk di cafe sambil maenin gadget.
Anak gadis seumuran Ramhita bisa saja sangat takut bila mukanya kusam terbakar matahari dan debu gambut atau terlambat meng update medsos sambil joget-joget ala kiky Challenge atau goyang jari melalui aplikasi tiktok.
Tapi empat wanita ini malah memilih bergabung dalam relawan peduli api untuk menyelamatkan kampungnya dari kebakaran hutan dan lahan.
Shinta (30) yang lebih senior dari ketiga rekannya menungkapkan sudah bergabung di MPA sejak tahun 2015.
Sudah beberapa kali dia mengikuti pelatihan pemadaman baik yang diselenggarakan oleh BPBD OKI maupun dari NGO.
Shinta merasa malu jika kebakaran lahan terjadi desanya sedangkan asapnya dihisap oleh warga lain.
“Rasanya bersalah jika di dusun kita terbakar makanya kami selalu siap dipanggil jika ada kebakaran lahan”.
Semula, Shinta dan kawan-kawan perempuannya diberi tugas menangani logistik para petugas lapangan yang notabene laki-laki.
Namun tak butuh waktu lama bagi Shinta untuk ikut terjun berjibaku menghadang api. Ia melakoni pekerjaan berat, keluar masuk hutan, memanggul alat berat, menjinakkan api.
Shinta mengakui keterbatasan fisiknya dibanding rekan-rekan lelakinya. Namun itu tak jadi soal, sebab mereka berbagi beban.
“Kalau memanggul alat, kami yang perempuan membawa perlengkapan macam selang air. Sementara alat-alat yang lebih berat dibawa lelaki.”
Lain lagi Rika (28) perempuan yang sehari-hari menjadi pengajar di PAUD Bunda Desa Talang Nangka. Meski dilahirkan sebagai perempuan, tidak menghalangi niatnya untuk bergabung bersama petugas pemadam api yang di dominasi laki-laki.
Kendala dilapangan menurut dia bukan jadi masalah.
“kami ingin menunjukkan bahwa perempuan juga bisa, kami tidak pernah takut yang penting di desa kami jangan ada api” tungkasnya.

Rika menceritakan serunya bertugas dilapangan bersama tim pemadam api. Dia merasa menemukan keluarga baru serta terikat kebersamaan dengan tim pemadam Karhutbunlah yang terdiri dari Unsur TNI/Polri, BPBD dan RPK
“Kadang mereka juga kasian sama kami, kami dihibur disuruh kerjakan yang ringan-ringan saja tapi kami juga ingin melakukan apa yang dilakukan petugas laki-laki” tuturnya. Besar-kecil bukan soal menurut Rika, juga perempuan-lelaki. Karena esensi yang sesungguhnya adalah kerja sama mereka dalam memadamkan kobar api.