Indonesia Nominasikan Taman Berbak Sembilang Jadi Cagar Biosfer Baru

Sehingga menambah 11 cagar biosfer di Indonesia. Dan juga menambah cagar biosfer yang ada di dunia yang berjumlah 669 cagar biosfer

Penulis: Linda Trisnawati |
Tribun Sumsel/ Linda Trisnawati
Suasana sidang The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO" di Hotel Novotel Palembang, Selasa (24/7/2018) 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menjadi tuan rumah pertama yang mengadakan sidang ke-30 dari "The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO" di Palembang.

Kegiatan ini diadakan di Hotel Novotel Palembang, Selasa (24/7/2018). Sidang MAB-ICC ini merupakan pertemuan tahunan dari negara-negara anggota UNESCO yang tergabung dalam program MAB.

Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Bambang Subiyanto mengatakan, bahwa dalam sidang ini, Indonesia mengharapkan menambah tiga wilayah sebagai cagar biosfer baru.

Baca: Rumah Warganya Terbakar, Kapolsek Gandus Berikan Bantuan Sembako dan Uang

Ketiga wilayah yang dinominasikan oleh Indonesia menjadi cagar biosfer baru adalah Berbak Sembilang (Sumatera Selatan-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum, serta Kapuas Hulu dan Rinjani-Lombok.

"Kami berharap tiga nominasi ini bisa disetujui dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer baru, sehingga menambah 11 cagar biosfer yang telah ada di Indonesia. Dan juga menambah cagar biosfer yang ada di dunia dimana saat ini sudah terdapat 669 cagar biosfer yang tersebar di 120 negara di dunia," ujarnya.

MAB-ICC UNESCO sendiri dihadiri sekitar 300 partisipan dari 45 negara, yang merupakan anggota World Network of Biosphere Reserve (WNBR) dari Asia, Australia, Afrika dan Amerika serta perwakilan kantor utama UNESCO di Paris. Serta dihadiri Gubernur Sumsel, Alex Noerdin.

Baca: Perasaan Sama Maudy dan Cornelia Agatha Sebelum Gala Premiere Si Doel The Movie di Amsterdam

Alex menambahakan, pada tahun 2015 kebakaran hutan di Sumsel merusak 700 Ribu hektar lahan dan hutan. Upaya untuk mengatasi masalah ini agar tidak terjadi kembali, dengan mengembangkan kemitraan multi-stakeholder mengelola sumber daya alam yang tersisa melalui program kemitraan dalam pengelolaannya.

"Di Sumsel sudah mencanagkan Green Growth Sumatera, yakni suatu konsep pembangunan hijau yang merangkul multipihak seperti pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat, dan masyarakat," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved