Ledakan Bom di Gereja Surabaya
Berderai Air Mata,Ibunda Dita Oepriarto Beberkan Ceritanya Saat Tahu Anaknya jadi Pelaku Bom,Sedih!
Perilaku terorisme yang dilakukan oleh keluarga Dita Oepriarto menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak,
Namun, Rektor Unair, Prof Moh Nasih mengatakan, Dita tidak lulus alias Drop Out dari program tersebut dan hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47.
"Jadi bukan seperti informasi simpang siur katanya dia kuliah di D3 Akuntansi,"ujarnya, ketika dikonfirmasi, Senin (14/5/2018).
Selain itu, Dita juga tidak pernah aktif di kegiatan organisasi mahasiswa, baik di Senat Mahasiswa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), termasuk Kelompok Kajian di Masjid Kampus.
"Jadi, sangat tidak relevan jika publik mengkaitkan perilaku teror bom Surabaya dengan institusi Unair," tegasnya.
Terkait sosok Dita, seorang netizen dengan akun Facebook, Ahmad Faiz Zainuddin, yang mengaku sebagai adik kelas Dita semasa sekolah SMA mengungkap masa lalu Dita semasa sekolah.
Menurut Ahmad, Dita sudah terpapar paham radikal sejak SMA.
Berikut pengakuannya sebagaimana dilansir dari TribunSolo melalui akun Facebook miliknya, Senin (14/5/2018).
"Dari Islam Muram dan Seram, Menuju Islam Cinta nan Ramah
Dita Soepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91
Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya.
Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim.
Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.
Saat saya SMA dulu, saya suka belajar dari satu pengajian ke pengajian, mencoba menyelami pemikiran dan suasana batin dari satu kelompok aktivis islam ke kelompok aktivis islam yg lain.
Beberapa menentramkan saya, seperti pengajian “Cinta dan Tauhid” Alhikam, beberapa menggerakkan rasa kepedulian sosial seperti pengajian Padhang Mbulan Cak Nun. Yg lain menambah wawasan saya tentang warna warni pola pemahaman Islam dan pergerakannya.
Diantaranya ada juga pengajian yg isinya menyemai benih2 ekstrimisme radikalisme. Acara rihlah (rekreasinya) saja ada simulasi game perang2an. Acara renungan malamnya diisi indoktrinasi islam garis keras.
