Tanpa Orangtua, Bocah ini Hidupi Saudaranya di Gubuk Reot Bikin Nangis

Keberadaan media sosial saat ini kerap kali dijadikan tempat untuk curhatan.

Nenek mereka, Salamiah (75), terpaksa di rumah. Tubuhnya yang lemah karena faktor usia memaksanya tidak dapat lagi bekerja keras.

"Saya sudah tidak kuat dan sering sakit-sakitan," kata Salamiah.

Jauh sebelum orang-orang beraktivitas, Jul dan Ard sudah memetik sayur yang akan dijual. Sayur-sayur itu mereka dapatkan dari kebun milik nenek mereka dan warga sekitar.

Setelah semua selesai, mereka mengemas dan menempatkan sayuran itu pada gerobak dorong dari kayu untuk dijajakan dengan berkeliling. Kadang kala anak-anak ini harus mengeluarkan tenaga ekstra terutama saat menghadapi jalan tanjakan.

Semua itu dilakukan sebelum Ard berangkat ke sekolah. Nanti ketika sekolah usai, ia kembali lagi untuk berjualan keliling. Jul tetap berjualan karena ia sudah putus sekolah.

"Saya bangun subuh dengan kakak berjualan sayur sebelum berangkat ke sekolah, adik saya biasanya cuci piring," kata Ard.

Bagi mereka, tidak ada waktu untuk bermain atau bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya. Demikian pula ketika tiba libur akhir pekan atau liburan panjang. Mereka tetap bekerja.

Saat liburan itu, bocah-bocah itu berangkat ke pasar kampung sambil bergantian mendorong gerobak penuh sayuran. Jauhnya beberapa kilometer dari rumah mereka.

Agar sayuran itu bisa laku sebelum pasar tutup, mereka sengaja berangkat sejak subuh.

Pendapatan mereka tak tentu. Berapa pun penghasilan yang mereka dapatkan dibagi dengan pemilik kebun sayur. Dalam sehari, keuntungan yang mereka dapatkan tidak lebih dari Rp 20.000.

Uang yang mereka dapatkan dari bekerja itu kerap kali tak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Mereka sering meminta beras ke tetangga jika persediaan beras sudah habis.

Warga seringkali memberikan bantuan beras setiap kali anak-anak tersebut kehabisan uang dan kebutuhan pokok.

Akibat ketiadaan biaya pula, Jel dan Jul terpaksa putus sekolah. Kini Jel harus pergi meninggalkan nenek dan keempat adiknya untuk bekerja di luar kota.

Iba dan bersimpati

Warga sekitar kampung mereka sejak dulu berlangganan sayuran yang mereka jual. Warga merasa kasihan dengan kondisi anak-anak yang belum layak bekerja keras seperti itu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved