Berita Lubuklinggau

Usai Kampung Warna-warni, Kini Ada Kampung Batik di Lubuklinggau

Setelah berhasil dengan program Kampung Warna-Warni, kali ini Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau meresmikan Kampung Batik Lubuklinggau

Penulis: Eko Hepronis | Editor: M. Syah Beni
Tribun Sumsel/ Eko Hepronis
Kampung Batik Lubuklinggau 

TRIBUNSUMSEL.COM LUBUKLINGGAU, -- Setelah berhasil dengan program Kampung Warna-Warni, kali ini Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau meresmikan Kampung Batik Lubuklinggau pada Selasa (23/1).

Kampung ini berlokasi di Kelurahan Marga Rahayu Kecamatan Lubuklinggau Selatan 1 Kota Lubuklinggau.

Seluruh warga di Kampung Batik ini diharapkan dapat memproduksi batik khas Linggau secara mandiri. Menurut Walikota Lubuklinggau, H SN Prana Putra Sohe, ada dua jenis batik yang akan diproduksi warga di kampung ini secara massal.

"Batik Duren dan Batik Lingga, ini berbeda dari daerah lain. Insya Allah bisa menjadi andalan dan tidak akan memalukan," ungkapnya usai peresmian dan workshop batik dan songket di Kampung Batik.

Baca: Gadis Lahat Pergi dari Rumah ke Puncak Bogor, Saat Ditemukan Dirinya Lagi di Tempat ini

Menurut Nanan, keberadaan kampung ini sudah lama diidam-idamkan, karena menurutnya selama ini Kota Lubuklinggau belum memiliki produk lokal yang layak dijadikan oleh-oleh. Dengan hadirnya Kampung Batik yang memproduksi produk khas, Nanan yakin dapat meningkatkan perekonomian warga.

"Alhamdulillah ya, saat ini batik Linggau ini bisa menjadi icon. Setelah kita juga sudah memiliki Masjid Agung, Air Terjun Temam, serta Bukit Sulap yang juga baru bisa disebut sebagai icon," tuturnya.

Meski baru dilaunching menjelang akhir masa jabatannya, ia memastikan semua pihak dapat memakai batik ini. "Kan batik ini bukan produksi Nansuko, produksi warga. Ya walaupun berakhir jabatan, masih boleh dipakai siapa saja," katanya.

Baca: Macet Panjang di Jalan Musi II Palembang, Sopir Truk Ngeluh Rugi Bensin

Sementara itu, Pembina Kampung Batik Lubuklinggau, Hj Yetty Oktarina Prana saat ini terdapat tujuh pembatik asli Lubuklinggau yang siap memenuhi permintaan batik khas ini. Ketujuh pembatik ini dididik di Dekranasda Kota Lubuklinggau dan saat ini sedang mengembangkan batik semi cap.

"Kami baru bisa membuat batik tulis dan sedang mengembangkan batik semi cap. Sebelumnya kami juga produksi dengan sistem trial and error. Pernah mencoba membuat, tetapi bahan yang digunakan kualitasnya buruk, jadi kami terus berusaha memberikan yang terbaik," ujarnya. Menurutnya, harga batik yang ditawarkan di Kampung Batik ini pun relatif terjangkau dengan kisaran harga Rp 150-200 ribu.

Baca: Mengaku Sulit Cari Kerja di Lubuklinggau, Agus Jadi Pengedar Narkoba, Segini Upah yang Didapat

Sedangkan, untuk Songket Duren yang lebih dulu dipatenkan sebagai produk lokal Kota Lubuklinggau, sudah berhasil menembus pasar nasional. Menurut Yetty, saat ini Songket Duren juga dijual di Bandara Soekarno Hatta dan animonya cukup tinggi.

Bahkan, pengrajin Songket Duren di Kota Lubuklinggau cukup kesulitan memenuhi permintaan masyarakat.

"Relatif tinggi ya permintaannya, saya tidak ingat pasti. Tapi lebih dari 200 piece yang sudah terjual dalam dua tahun ini. Kalau Songket Duren kita jual dengan kisaran harga Rp 2,5-3,5 juta, itu dengan kualitas yang paling baik," terangnya.

Baca: Lengkap, Inilah Daftar Kekayaan Para Calon Kepala Daerah di Pilkada Serentak Sumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved