Masih Muda Malas Bekerja ? Baca Berita Tentang Kakek ini, Bikin Malu Sendiri
Saat usia tak lagi mampu menopang aktivitas untuk melakukan pekerjaan dan menghasilkan uang.
Penulis: Eko Hepronis | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU -- Saat usia tak lagi mampu menopang aktivitas untuk melakukan pekerjaan dan menghasilkan uang.
Tak jarang karena terlilit kemiskinan dan himpitan ekonomi membuat sebagian orang memanfaatkan usia yang sudah uzur itu untuk berkeliling mengemis belas kasihan orang lain.
Namun selain meminta-minta ternyata masih banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan uang ketika usia sudah uzur dan itu tidak mesti harus mengemis dan bergantung pada orang lain.
Seperti yang dilakukan oleh Ruslan (96), warga yang berasal dari desa Penanggiran, Kecamatan Muara Enim, lebih memilih mengais sisa sampah dan menjualnya kembali ketimbang harus menjadi pengemis.
Kakek tua jompo itu memilih mengais botol-botol bekas dan kardus di tangki sampah tepatnya di Jl. Garuda antara Museum Subkos atau tepatnya dibelakang masjid Agung As Salam kota Lubuklinggau.
Boto-botol bekas dan kardus yang dikumpulkannya setiap hari tidak langsung ia jual. Melainkan ketika sudah terkumpul dalam jumlah banyak baru ia antar ke pengepul di daerah pasar Pemiri kota Lubuklinggau.
Uang hasil menjual botol dan kardus-kardus bekas itu digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-sehari.
"Botol dan kardus itu aku jual empat hari sekali, kadang seminggu sekali tergantung banyaknya barang yang terkumpul. Kadang dapat duit Rp 40 - Rp 50 ribu," ungkap Ruslan.
Ruslan mengaku sudah tiga tahun terakhir menjadikan tangki sampah itu sebagai mata pencarian utamanya, Semenjak dirinya tidak kuat bekerja mengayuh becak lagi.
"Pernah menjadi kuli bangunan, setelah itu menjadi tukang becak, dan Kemudian karena faktor usia jadi pemulung saja walaupun hasilnya ala kadarnya," ucap Ruslan.
Selain, berprofesi sebagai pemulung rupanya Ruslan tidak mempunyai rumah tempat tinggal, selama ini ia menjadikan becaknya sebagai tempat berlindung dari teriknya panas dan hujan.
Sebelum tinggal di tempat itu, Ruslan mengaku pernah menikah dengan orang Muara Kati dan di karuniai tiga orang anak, namun semenjak istrinya meninggal dunia ketiga anaknya tidak mau mengurusnya lagi.
Akhirnya karena kesal Ruslan pergi meninggalkan anak-anaknya.
"Sebenarnya kalau mereka merasa anak saya, mereka jemput saya disini, kadang kelaparan dan keujanan," kata Ruslan.
Ruslan pun sebenarnya malu menjadi pengais sisa sampah dan kerap menjadi perbincangan orang saat membuang sampah ditempat itu.
Namun karena tidak punya pilihan lain.
Mengais sisa sampah tak masalah.
Asalkan pekerjaan yang dilakoninya saat ini halal.
Selain itu, Pemerintah Kota Lubuklinggau pun khususnya dinas kebersihan tidak mempermasalahkannya tinggal ditempat itu.
"Asalkan ia selalu menjaga kebersihan dan merapikan lagi sampah-sampah yang dibuang masyarakt," katanya.