Usai Menikah, Wanita ini Dites Keperawanannya di Atas Kain Putih, Jika Tak Perawan Akan Dibeginikan
Malam pertama merupakan rahasia yang harus dijaga oleh pasangan suami-istri. Tak pantas jika membicarakan tentang malam pertama kepada orang lain.
Menurut Wancik, ketatnya aturan pergaulan antara pria dan wanita tersebut bukan tanpa sebab.
Hal ini dilakukan karena keluarga sang gadis berusaha menjaga kehormatan dan kesucian anak gadisnya.
Juga agar tidak malu, saat sang gadis menikah pada saatnya.
Bagi pria, keperawanan adalah kehormatan seorang gadis pada masa itu.
"Mempelai pria bisa saja mengembalikan perempuan yang baru saja dinikahinya kalau terbukti tak perawan lagi. Makanya ada adat seperti itu," katanya.
Wancik menjelaskan, pada malam pertama, keluarga mempelai pria akan membentangkan sehelai kain putih di atas tempat tidur pengantin.
Kemudian, keluarga pria yang terdiri dari sesepuh akan menunggu di depan pintu kamar pengantin, selama proses malam pertama bercampur.

Setelah kedua mempelai selesai "becampur", maka para orang tua atau sesepuh keluarga akan memeriksa kamar pengantin yang telah selesai digunakan.
Kain putih yang menjadi alas akan diperiksa.
Mereka akan membuktikan apakah di kain itu ada bercak darah yang dianggap sebagai bukti bahwa pengantin wanita masih perawan atau tidak.
Bila didapati ada bercak darah, maka para tetua mempelai pria akan memukul cengkung (sejenis gong kecil) untuk diperdengarkan pada masyarakat banyak.
Suara cengkung mengandung informasi bahwa pengantin perempuan masih perawan.
Sebaliknya, jika tidak ditemukan bekas atau noda darah di kain itu, maka tidak ada bunyi cengkung.
"Jika itu terjadi, maka pengantin periah berhak memilih apakah tetap mau melanjutkan pernikahan atau mengembalikan pengantin perempuan kepada keluarganya. Tentunya sangat memalukan dan itu yang dikhawatirkan pihak keluarga perempuan," kata Wancik.

Tiga Bulan Nikah Sudah Lahiran