Mereka Terus Berjuang
Subhanallah, Sempat Jadi Tukang Becak, Tapi Tak Pernah Lupa Salat, Kehidupannya Berubah Seperti ini
idak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita terus berjuang, berusaha dan berdoa.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
Namun perjuangan keras mereka seperti dilihat dari sang maha pencipta.
"Disela - sela berjualan ketika seruan azan memanggil kita harus memenuhi panggilan tersebut", tegasnya.
Dan ada satu hasil dari ketekunan Sarkani selama kurang lebih 30 tahun berjualan sayuran, ia kini telah berhasil melaksanakan rukun Islam yang ke-5 naik haji.
"Tetap sabar saja dalam bekerja, fokus dan jangan tinggalkan salat wajib 5 waktu, sesibuk apapun kita harus tetap mengingat Allah SWT", ungkapnya.
Untuk jenis sayuran sendiri terdiri kangkung, bayam serta timun yang mereka jual.
Ada juga cabai merah dan hijau, mereka mengambilnya dari pasar agen lalu menjualnya kembali.
Dengan suara yang pelan istrinya Rasnawati juga menceritakan bagaimana mereka harus lebih bijak menentukan suatu pilihan.
Hasil dari berjualan sedikit demi sedikit ia tabungkan.
"Dulu saya serta bapak menabung uang dan alhamdulilah akhirnya terkumpul, tidak ada tujuan lagi saya dan bapak memang akan naik haji, untuk masalah rumah itu urusan dunia bisa nanti diurus belakangan", jelasnya kepada Tribun.

Selesai menunaikan ibadah haji, pasangan suami istri tersebut kembali menyisihkan kembali uang penghasilan mereka untuk membeli rumah sendiri serta menyekolahkan anak - anaknya.
Keempat anaknya berhasil ia sekolahkan sampai bangku perkuliahan dari hasil berjualan sayuran tersebut.
Bahkan sekarang tugasnya seperti sudah mulai ringan setelah hanya tinggal satu orang anak saja yang masih duduk di bangku perkuliahan.
"Sekarang tinggal satu lagi tanggungan kami sebagai orangtua, anak terakhir Miftahul Jannah yang sedang menimbah ilmu di Kampus Universitas Negeri Islam (UIN)", terang Rasnawati.

Perempuan asli kabupaten Ogan Komering Ilir tersebut menjelaskan kalau sebagai manusia kita harus tetap beribadah kepada Allah SWT serta jangan pernah sombong kepadanya, tetaplah bersyukur atas nimat yang ia berikan.
"Dulu rumah sangat buruk sekali, dindingnya dari kayu serta berukuran sangat kecil, tetapi ibu dan bapak yakin naik tetap naik haji terlebih dahulu baru setelah itu urusan rumah", pungkasnya.