Saat Acara Pernikahan, Datang Seorang Pengemis, Tak Disangka Pengantin Wanita Malah Berlutut
Pesta Pernikahan Kami Sedang Berlangsung, Tak Disangka Datang "Seorang Pengemis"! Begitu Mau Diusir, Istriku Malah Langsung "Berlutut?!"
TRIBUNSUMSEL.COM-Seminggu yang lalu, saya menikah dengan pacar yang sudah pacaran selama tujuh tahun. Dia resmi menjadi istri saya sekarang.
Saya merasa bangga sekaligus bersyukur bertemu dengan wanita ini.
Namun suatu di luar dugaan terjadi di pesta pernikahan kami.
Pesta pernikahan kami berlangsung meriah bersama teman-teman dan keluarga kami sekalian.
Siapa sangka datang seorang pengemis di pesta kami.
Dia bersembunyi di pojokan sambil melihat pesta kami berlangsung.

Sebelum semua orang melihat pengemis itu paman saya menyediahkan makanan untuknya agar dia pergi dari pesta kami.
Siapa tahu tamu-tamu di sana malah tambah heboh.
Kemudian saya dan istriku berpaling ke arah yang berisik itu. Paman saya kemudian mengusirnya pergi.
Di saat itulah istriku datang ke hadapannya, lalu berlutut di depannya.
Suara bisikan kemudian terdengar semakin keras.
Detik selanjutnya istriku memanggil dia "Mama"?! Hal ini membuat saya shock!
Mama? Bukannya ibu istriku meninggal lebih awal?
Bagaimana bisa tiba-tiba datang seorang pengemis dan memanggilnya mama?
Dalam hati muncul 1000 an pertanyaan.
Saya ingin tahu jawabannya, dan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu istriku.
Tapi dia sudah mulai menangis saat melihat saya, dan dengan cepat menyeret saya unutuk ikut berlutut, dan menyuruhku memanggil dia "ibu mertua"
Saya menurutinya, sampai pesta pernikahan selesai istriku menceritakan semuanya kepadaku bahwa pengemis itu bukanlah ibu istriku.
Tapi seseorang yang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
Ketika istriku mengenalnya, dia adalah seorang pengemis.
Istriku mengatakan bahwa saat ia masih muda karena ibunya meninggal lebih awal, dia menjadi suka menyendiri, bahkan ada gejala menjadi autis.
Dia tidak suka berbicara dengan orang lain, selalu suka bersembunyi di pojok.
Begitu dia dibully oleh beberapa siswa laki-laki, seorang pengemis datang menolongnya dan mengusir anak-anak nakal itu.
Oleh karena itu di pesta pernikahan kami dia menyebutnya mama.
Pengemis itu bersikeras untuk menghibur istriku, agar dia tidak menangis.
Istriku sering bertemu dengan ibu pengemis ini dan ngobrol.
Istriku mengetahui bahwa ibu pengemis itu memiliki seorang anak perempuan, namun sayangnya telah meninggal.
Karena itulah pengemis itu mengalami sedikit gangguan mental, dan ditinggal oleh keluarganya.
Akhirnya mau gak mau dia harus menjalani kehidupan seorang pengemis.
Pada saat kondisinya membaik, pengemis itu bahkan menyewa sebuah rumah.
Namun tidak sampai 1 bulan pengemis itu menghilang dan istriku yang selalu menemaninya ke dokter psikologi pun gak bisa menemukannya.
Kami sudah menikah, istri saya berharap pengemis itu bisa menyaksikan kebahagiaannya.
Akhirnya, dia benar-benar muncul. Jadi istri saya sangat gembira, dan terharu ternyata ibu pengemis ini tidak lupa dengan hari penikahannya.
Sekarang kita berharap ibu pengemis mau kembali ke rumah, siap menerima bantuan mental.
Saya juga setuju dengan istriku.
Tidak akan membiarkan ibu pengemis pergi lagii, karena dia adalah ibu istri saya.
Sekaligus ibu mertua ibu saya!