Mereka Terus Berjuang

Berjalan Kaki Puluhan Kilo Demi Uang Rp 5000, Bocah ini Ternyata Punya Tujuan Mulia

Dengan kepala sambil menunduk, anak itu terus berjalan sesekali meneriakan Kemplang ke arah pengguna jalan yang melintas.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH
Rio Bocah Penjual Kemplang Keliling 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANGAnak sekecil itu berkelahi dengan waktu.

Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu.

Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu.

Dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal.

Lirik lagu dari Iwan Fals berjudul "Sore Tugu Pancoran" ini sangat tepat menggambarkan kehidupan Rio bocah penjual kemplang keliling.

Di bawah teriknya sinar matahari, seorang anak kecil memakai baju biru dan celana pendek hitam serta topi di kepalanya memikul bungkusan kemplang.

Anak tersebut berjalan menyusuri jalan DI Panjaitan tepatnya di depan Stadion Patra Jaya, Jumat (28/7/2017).

Dengan kepala sambil menunduk, anak itu terus berjalan sesekali meneriakan Kemplang ke arah pengguna jalan yang melintas.

"Kemplang....kemplang," teriaknya

Untuk memikul kempang, Rio menggunakan bambu panjang.

Bungkusan kemplang ia kaitkan di ujung-ujung bambu.

Bambu itulah yang ia pikul setiap hari.

Berharap ada orang yang membeli kemplang miliknya.

Peluh dan keringat terlihat membasahi wajahnya.

Maklum hari itu ia telah berjalan puluhan kilometer.

Namun belum ada satupun pembeli.

Rio baru berusia 6 tahun.

Disaat anak seusianya sibuk di sekolah dan tempat bermain.

Rio harus menghabiskan setengah hari di jalanan demi berjualan untuk mencari uang.

Rio Bocah Penjual Kelempang
Rio Bocah Penjual Kelempang (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Rio sendiri adalah anak pasangan dari Serli dan Joni.

Ayah rio kesehariannya bekerja sebagai buruh, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Penghasilan sebagai buruh tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan Rio dan saudaranya yang lain.

Rio anak nomor 2 dari 5 bersaudara, kakak pertamanya bernama Kelvin Masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) sementara ketiga adiknya yang bernama Rizki, Aisyah dan Bunga masih sangat kecil, belum bisa membantu beban orangtua.

Saat ini Rio telah masuk di Sekolah Dasar (SD) kelas 1.

Sehabis pulang sekolah ia langsung menggantung seragam sekolahnya dan pergi berjualan kemplang.

Kemplang diambil dari agen pemasaran, biasanya ia mengambil beberapa bungkus besar plastik berisikan kemplang.

Kemplang tersebut dijual Rp 25 ribu perbungkus.

Keuntungan yang didapatnya hanya Rp 5 ribu perbungkus, itu juga kalau laku terjual.

Bila tidak terjual ia hanya mendapatkan rasa lelah dan pegal pada kakinya.

Rio tinggal di Kertapati tepatnya di daerah Sungki.

Ia tinggal di rumah kontrakan.

Rute jualan Rio dari rumah menuju kawasan Plaju.

Di hari libur ia mengubah rute tujuannya.

Ia pergi ke tempat yang lebih ramai seperti pasar Perumnas Sako.

Dari sanalah ia dapat menambah penghasilan karena bisa berjualan dari pagi hari, ia biasa pulang malam hari sekitar pukul 19.00

"Jualan ini tanpa disuruh oleh orangtua, tapi mereka tahu saya berjualan, dari penghasilannya jualan bisa bantu ibu dan bapak, sisanya ditabung tujuannya untuk keperluan sekolah", jelas Rio.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved