Begini Cara ISIS Menyembunyikan Ibukotanya Dari Pantauan Militer dan Membangun Pertahanan

Sejauh ini lebih dari 320.000 orang tewas dan jutaan lainnya menjadi pengungsi sejak perang saudara pecah di Suriah pada 2011.

Editor: Hartati
BBC
Kelompok ISIS diperkirakan makin kuat setelah merebut kota Sirte di Libya. 

TRIBUNSUMSEL.COM, RAQQA - Raqqa, kota di Suriah, identik dengan kelompok militan yang menamakan dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) setelah mereka menjadikannya sebagai ibu kota kekhalifahan Islam versi ISIS pada awal 2014.

Oleh ISIS, Raqqa – kota yang pernah menjadi ibu kota kekhalifahan Abbasiyah – dijadikan sebagai “pusat pemerintahan” dan “pusat kegiatan militer”.

Sejak jatuh ke tangan ISIS, tak banyak yang diketahui soal kondisi di sana karena ISIS secara ketat mengontrol arus informasi.

Namun, seorang pegiat secara diam-diam merekam suasana kota dan berhasil membawa rekaman ini ke Turki.

Dari rekaman ini terlihat, warga berlalu-lalang di satu bagian kota, sementara di sisi kiri dan kanan jalan terdapat tumpukan kantong pasir.

Di atap salah satu gedung, bendera ISIS berwarna hitam berkibar ditiup angin.

Di bagian lain, rekaman menunjukkan pasar tradisional yang cukup ramai.

Ada kios-kios penjual, sementara beberapa perempuan dengan pakaian berwarna hitam berjalan bergegas.

Di jalan, beberapa orang menarik gerobak berisi dagangan.

Lagi-lagi, terlihat banyak tumpukan kantong pasir.

“Menyembunyikan” jalan

Yang cukup mencocok, beberapa meter di atas beberapa ruas jalan, dipasang terpal.

Para aktivis mengatakan terpal ini sengaja dipasang agar jalan-jalan diRaqqa tak bisa dilihat oleh pesawat-pesawat tempur milik koalisi yang secara rutin menggempur Raqqa.

"Tak semua warga di Raqqa menerima kehadiran ISIS. Mereka ini tergabung dalam kelompok Ahrar al-Furat," ungkap aktivis yang mengambil video saat berbincang dengan BBC di satu lokasi di Turki.

Mereka ini, katanya, melakukan hal-hal yang bisa dianggap sebagai bentuk atau simbol perlawanan terhadap ISIS, meski tindakan itu sepele.

Misalnya menulis grafiti di tembok kota.

"Intinya adalah, kami ingin menunjukkan bahwa ISIS tidak diterima di Raqqa."

Bagi para aktivis, kesulitan terbesar yang mereka hadapi adalah mengirim informasi keluar.

"ISIS mengontrol siapa saja, apa saja. Mereka akan melakukan tindakan apa pun untuk memastikan warga kota tidak berkomunikasi dengan dunia luar," kata aktivis tersebut.

Ia juga mengatakan suasana waspada sangat terasa, seakan-akan kota harus disiapkan setiap saat untuk menghadapi pertempuran.

"Rasanya sudah siap perang, siap bertempur di jalan-jalan," katanya.

Kota maut

Hal lain yang juga tampak di video ini adalah sejumlah keluarga mengepak barang dan meninggalkan Raqqa dengan menggunakan mobil atau truk.

Di pinggiran Raqqa, puluhan ribu orang terlebih dulu mengungsi seiring dengan makin intensifnya pertempuran.

"Yang paling berat menanggung penderitaan adalah warga yang terjebak di Raqqa. Mereka dibom. Kondisi mental anak-anak mengenaskan," kata aktivis Raqqa.

"Ini adalah kota maut, siapa pun bisa mati setiap saat."

Koalisi yang memerangi ISIS di Suriah dan Irak meningkatkan serangan udara di sekitar Raqqa dalam beberapa pekan terakhir yang dilaporkan memicu peningkatan jumlah korban di kalangan warga sipil.

Pada Senin (5/6/2017), organisasi HAM mengatakan satu serangan udara menewaskan setidaknya 17 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang tengah meninggalkan Raqqa dengan menyeberangi Sungai Efrat.

Menurut PBB, 100.000 orang menyelamatkan diri dari Raqqa sejak April untuk menghindari pertempuran.

Di dalam kota, harga pangan naik dan pasok air bersih hanya tersedia rata-rata hanya empat jam per hari.

Selain itu, Raqqa juga menghadapi kelangkaan tenaga medis dan obat-obatan.

Diperkirakan jumlah milisi ISIS di pusat kota Raqqa antara 3.000 hingga 4.000 orang.

Meski Raqqa dijaga ketat milisi ISIS namun Tentara Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat berhasil menembus pertahanan ISIS di kotaRaqqa, Selasa (6/6/2017).

Keberhasilan ini diraih hanya sekitar satu jam setelah SDF mengumumkan tengah memulai fase baru untuk merebut kota Raqqa.

"Pasukan kami memasuki kota Raqqa dari distrik Al-Meshleb di sebelah timur," kata komandan SDF Rojda Felat.

Rojda mengatakan, pertempuran sengit juga terjadi di sisi utara kotaRaqqa.

Sementara itu, Pemantau HAM Suriah (SOHR) membenarkan bahwa SDF telah merebut sejumlah posisi di dalam kota Raqq setelah dalam semalam maju dari sisi timur kota.

"SDF sudah mengambil alih pos pemeriksaan di Al-Meshleb dan sejumlah bangunan," ujar Direktur SOHR Rami Abdel Rahman.

"Gerak maju itu terjadi setelah koalisi pimpinan AS melakukan serangan udara besar-besaran," tambah Rami.

Koalisi AS telah mendukung SDF selama tujuh bulan terakhir dalam upaya merebut kembali kota Raqqa.

Selain serangan udara, koalisi membantu dengan memberikan senjata dan penasihat militer.

Sebelumnya, setelah berbulan-bulan menutup akses menuju Raqqadari sisi timur, utara, dan barat, SDF mengumumkan fase baru untuk merebut kota Raqqa.

"Dengan bantuan serangan udara internasional dan persenjataan yang disediakan untuk kami, maka kami akan merebut Raqqa dari Daesh," kata juru bicara SDF, Talal Sello di desa Hazima, sebelah utara Raqqa.

Sehingga, Sello meminta warga sipil kota Raqqa tak berada di dekat posisi-posisi ISIS.

Sejauh ini lebih dari 320.000 orang tewas dan jutaan lainnya menjadi pengungsi sejak perang saudara pecah di Suriah pada 2011.

Artikel ini sebelumnya sudah diterbitkan di Kompas.com dengan judul Keseharian Raqqa, Ibu Kota ISIS, Siapa Pun Bisa Mati Setiap Saat

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved