The 1st Asia Bonn Challenge

Inilah Mengapa Konsep Green Growth Sumatera jadi Komitmen Para Gubernur se Sumbagsel

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) semakin memperkuat komitmennya terhadap restorasi lanskap hutan

Penulis: Weni Wahyuny |
TRIBUNSUMSEL.COM/WENI WAHYUNY
Tandatangan Komitmen oleh seluruh gubernur se Sumbagsel yakni Gubernur Jambi, Riau, Medan Sumsel, Bengkulu, Babel, Lampung untuk menjaga lingkungan pada 1st Asia Bonn Challenge High Level Meeting di Griya Agung Palembang, Rabu (9/5/2017). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Weni Wahyuny

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Hari ini merupakan puncak kegiatan the 1st Asia Bonn Challenge High Level Meeting di Palembang yang sudah berlangsung sejak 8 Mei lalu. Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin membuka langsung rapat tertutup tersebut di Griya Agung Palembang, Rabu (9/5/2017).

Disela pembukaan pula dilakukan Tandatangan Komitmen oleh seluruh gubernur se Sumbagsel yakni Gubernur Jambi, Riau, Medan, Sumsel, Bengkulu, Babel, dan Lampung untuk menjaga lingkungan.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) semakin memperkuat komitmennya terhadap restorasi lanskap hutan melalui penyelenggaraan Asia Bonn Challenge High Level Meeting pada 9-10 Mei mendatang.

Terpilihnya provinsi ini sebagai tuan rumah merupakan keputusan dari hasil pertemuan tingkat regional Amerika Latin di Panama pada Agustus lalu Konferensi Bonn Challenge ka ini akan mendatangkan lima menteri lingkungan hidup dari berbagai negara Asia dan diikuti 40 negara di Asia sebagai peserta perwakilan.

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin menilai pertemuan ini merupakan kesempatan bagi masyarakat Sumsel untuk menunjukkan bahwa Sumsel sangat menyadari konsekuensi dari berbagai tindakan yang tidak lestari di masa lampau.

Menurut Alex Provinsi Sumsel memetik banyak pelajaran dari Karhutla yang masif pada 2015 silam tersebut.

Oleh karena itu, lanjut Alex Sumsel memperkenalkan konsep Green Growth Sumatera, yakni suatu konsep pembangunan hijau yang merangkul multipihak yakni pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat, dan masyarakat.

Konsep mulai diperkenalkan sejak 2 kaca. Badan Pelaksana REDD+ meminta inisiasi daerah untuk program penurunan emisi gas rumah Konsep yang disebut oleh Menteri Lingkungan Norwegia sebagai yang pertama di dunia kemudian diluncurkan pada Juli 2015 di Jakarta, namun belum sempat dilaksanakan karena terjadi karhutla di Sumsel.

"Green Growth Sumatera bertujuan untuk memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah yaitu gubernur untuk mengambil keputusan melalui pendekatan yuridiksional atas inisiasi sendiri, walaupun belum ada regulasi eksplisit dalam tingkat nasional.

Hal ini sangat penting mengingat penanganan karhutla perlu langkah yang cepat dan tepat sasaran. Lambat satu Jam saja penanganan, api sudah dapat menyebar hingga puluhan kilometer," kata Alex.

Alex berharap, melalui inisiatif Green Growth Sumatera ini tak hanya pemerintah yang berperan sebagai leader namun semua stakeholder, mulai dari perusahaan hingga masyarakat ikut turun tangan.

Alex pula mengapresasi mitigasi berbagai perusahaan yang sudah ikut turun tangan, termasuk 112 desa peduli api yang kemudian berkembang menjadi 162 desa melalui program Desa Peduli Gambut.

"Program-program ini memberdayakan masyarakat sekitar untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, bercocok tanam dan beternak. Penduduk desa dibantu dengan peralatan mencetak sawah sehingga tidak lagi menggunakan cara membakar lahan," ungkap Alex.

"Untuk selanjutnya, Pemprov Sumsel merencanakan untuk menginisiasi sebuah lembaga trust fund guna menghimpun bantuan asing dan domestik untuk penyelamatan lingkungan. Dari semua langkah yang diambil tersebut, Gubernur Alex Noerdin berharap konsep Green Growth Sumatera multipihak ini dapat dipakai secara universal dan berkelanjutan," timpal Alex.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved