Mengundurkan Diri dari Militer dan Gagal Pimpin Jakarta, Begini Rupanya Keseharian Agus
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah mundurnya Agus Yudhoyonomerupakan langkah "kuda" untuk melaju lebih cepat menuju Istana Negara?
Saya kebetulan sudah janji dengan tim Agus Yudhoyono untuk melangsungkan wawancara di kapal yang akan menyeberangkan kami ke Pulau Bintan dari Pulau Batam.
Sebelum naik ke kapal, saya sempat berbincang ringan dengannya.
"Mas Agus, jadi bawa tas sendiri?" tanya saya melihat Agus yang membawa tasnya.
Ia pun tertawa. Dia mengaku sudah terbiasa membawa tasnya sejak menjadi tentara.
Saya kemudian memegang tasnya.
"Wah, berat lho, Mas," komentar saya spontan.
"Sejak jadi tentara, saya biasa membawa tas dengan beban yang tidak ringan, berisi senjata dan amunisi," jawab Agus sambil tersenyum.
"Wah, ini bawa senjata juga?" tanya saya usil.
"Tidak-lah, ha-ha-ha."
Akhirnya saya melihat Agus Yudhoyono tertawa lepas.
Kami pun naik ke kapal bersama dengan tim. Menggunakan kapal cepat, kami menyeberang Batam-Bintan, sekitar 45 menit.
Tibalah saat saya mewawancarainya, tepat di perairan Selat Malaka.
Beberapa pertanyaan saya ajukan, di antaranya kenapa "menghilang", apa kegiatan pasca-pilkada Jakarta, dan ada beberapa pertanyaan lain.
Agus tertawa ketika mendengarnya.
Sejumlah petinggi Partai Demokratyang berada di sebelahnya, yakni Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan dan Wasekjen yang juga juru bicara, Rachland Nashidik, serta fungsionaris Partai Demorat lainnya, ikut tertawa lepas.
