Digorok Saat Tidur Pulas Siswa SMA Taruna Meregang Nyawa, Ini Motif di Balik Pembunuhan

Puguh menuturkan, pihaknya terbuka kepada aparat kepolisian yang tengah mengusut kasus yang baru pertama terjadi di sekolah ini.

Editor: Hartati
KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA
Siswa Kelas 10 SMA Taruna Nusantara, Kresna Wahyu Nurrachmad (14) dimakamkan di TPU Giriloyo, Kota Magelang, Jumat (31/3/2017). Kresna diduga dibunuh dini hari yang sama di barak Kompleks SMA Taruna Nusantara, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Kompas/Dimas Waraditya Nugraha (DIM) 31-03-2017 

"Tersangka mengaku menyesal dan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kami bawa Kepala Dinas Psikologi Polda Jateng dan tim untuk lakukan pemeriksaan kejiwaan," ujar Condro.

Sementara itu Kepala Lembaga Perguruan Taruna Nusantara Magelang Puguh Santoso menilai bahwa kasus pembunuhan yang melibatkan siswa SMA Taruna Nusantara adalah kejadian di luar logika.

Sekolah yang berada di Jalan Magelang-Purworejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, ini termasuk sekolah unggulan yang menerapkan proses seleksi ketat bagi calon siswanya.

"Dari tahun ke tahun selalu dievaluasi. Kami berpikir, kenapa ini terjadi sangat di luar logika," ujar Puguh di markas Polres Magelang, Sabtu (1/4/2017).

Puguh menjelaskan, proses seleksi masuk SMA Taruna Nusantara meliputi seleksi akademis dan kesehatan dengan syarat yang ketat. Bahkan sejak calon siswa masih duduk di bangku SMP.

Untuk seleksi kesehatan juga tidak sekedar fisik tapi juga sisi kejiwaan calon siswa.

"Untuk seleksi sudah berjalan terutama dari sisi kejiwaan. Kami lakukan secara profesional dan ada yang membidangi, dari psikologi dan kesehatan jiwa. Semua proses syaratya sangat selektif baik kesehatan maupun akademik," papar Puguh.

Konsep yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar pun cukup ketat, dari sisi pengajaran di kelas, pengasuhan dan pelatihan.

Ketentuan ini sudah disosialisasikan bagi orang tua yang hendak memasukkan siswanya ke SMA yang telah mencetak ratusan generasi berprestasi ini.

"Ketika anak-anak dibawa dari proses awal SMP masuk SMA Taruna Nusantara, tidak ada masalah. Korban berani koreksi dan tegur tersangka, inilah yg jadi berontak tersangka. Dengan usia yang masih 15 tahun seharusnya muncul rasa senasib sepenanggungan," ungkap Puguh.

Dia menduga, kemungkinan ada pengaruh lain yang menyebabkan tersangka nekat membunuh kawannya sendiri, misalnya akibat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur kekerasan, meskipun hal itu sudah diantisipasi pihak sekolah dengan membatasi siswa mengakses televisi maupun ponsel.

"Perlu kami tekankan bahwa sekolah pantang bertindak kekerasan, memukul, berantem, menyontek, mencuri, asusila, hingga narkoba. Ini jadi atensi kami bersama," tambahnya.

Puguh menuturkan, pihaknya terbuka kepada aparat kepolisian yang tengah mengusut kasus yang baru pertama terjadi di sekolah ini.

Ia berharap kasus serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

"Kami akan memfasilitasi pihak berwajib, kami sangat kooperarif. Ini betul-betul menjadi pengalaman dan pembelajaran kami," tandas Puguh.

Halaman
123
Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved