Seniman dan Budayawan Palembang Ramai-ramai Bantah Pemberitaan Pemusnahan Tari Gending Sriwijaya
Mereka resah dengan pemberitaan media online memuat berita tidak berdasarkan pada fakta opini sebenarnya, yang menyatakan akan memusnahkan tari
Ketua Dewan Kesenian Palembang, Vebri Al Lintani juga menegaskan bilapun wacana pembuatan tari baru yang bernilai Palembang Darusallam terwujud, tarian sambut yang baru itu akan melengkapi dan menambah khasanah kesenian tari.
"Tari Gending Sriwijaya sudah ditradisikan oleh provinsi, bahkan nasional. Sebab tarian ini sudah menjadi warisan tak benda. Kemudian tari Tanggai banyak dipakai untuk tari sambut di acara perkawinan tak mungkin hilang," ujarnya.
Vebri menegaskan bahwa Tari Gending Sriwijaya adalah milik bangsa Indonesia, milik wong Palembang, milik kita bersama. Tari Gending Sriwijaya tidak akan bisa musnah, tidak bisa dihilangkan dan tetap ada selama dunia masih ada, katanya.
Tari Tanggai Tercipta Karena Ini
Elly Rudi mengenang bagaimana dirinya memiliki ide untuk menciptakan tari Tanggai.
Tari ini jenis tari sambut, untuk menyambut tamu, sebagai bentuk penghormatan.
Tari Tanggai diciptakan Elly Rudi tahun 1967. Sebelumnya ia merupakan penari tari Gending Sriwijaya.
Mengetahui tari Gending Sriwijaya "dibangkupanjangkan", maka ia berinisiatif membuat tarian baru yang lebih simpel, bisa ditarikan bahkan satu orang dan tentunya tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Sementara tari Gending Sriwijaya harus ditarikan oleh sembilan orang dengan peralatan yang lengkap, tidak boleh sembarangan. Tarian Gending Sriwijaya sangat sakral, bernafaskan Sriwijaya dengan gerak lembut dan anggun.
"Ketika "dibangkupanjangkan" dan kemudian ditarikan dengan sembarangan, saya merasa miris. Maka dari hati yang paling dalam ingin membuat tarian yang bisa ditarikan lebih simpel, mudah dan tidak mahal maka lahirlah tari Tanggai," tambah Elly Rudi.
Gerakan tari Tanggai yang lembut dan anggun layaknya tari Gending Sriwijaya diakui dia memang berdasar pada Sriwijaya. Sehingga tarian Tanggai tercipta dengan gerakan demikian. Dirinya memilih gerakan-gerakan lemah lembut tersebut menurutnya lebih beragam ketimbang memilih tari Zaplin.
"Kalau zalpin itu simpel, dan itu memang dikhususkan untuk siar agama. Saya pilih gerakan-gerakan itu karena lemah lembut, beragam dan anggun," kata dia.
Kini, tari Tanggai sudah menjadi tradisi. Tari Tanggai dipakai untuk penyambutan tamu misal pada resepsi perwakinan dan seremonial lainnya.