Kaleidoskop 2016
Januari: Di Kampung Ini Hampir Semua Anaknya Tak Bisa Membaca dan Berhitung
Selepas mengucap angka 13, Alamsyah terdiam. Dia tak mengenal angka 14 dan seterusnya. "Tidak bisa," katanya.
TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas," Alamsyah, bocah umur sepuluh tahun, mencoba berhitung.
Dia menggunakan jari tangannya sampai hitungan kesepuluh dan melanjutkannya dengan nada ragu.
Selepas mengucap angka 13, Alamsyah terdiam. Dia tak mengenal angka 14 dan seterusnya. "Tidak bisa," katanya.
Tribun Sumsel meminta dia untuk membaca.
Bocah di kampung nelayan Desa Jurutaro, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, itu menggelengkan kepala.
"Pernah diajarkan bapak, tapi tidak bisa, malah kena marah," ucapnya.
Alamsyah sama sekali tak mengenal huruf.
Dan dia bukan satu-satunya anak buta huruf di kampung nelayan itu. Hampir seluruh anak tak bisa membaca dan berhitung.
Entah bagaimana mereka akan menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Jarum jam menunjuk pukul 09.00 WIB. Tidak ada tanda-tanda anak di kampung nelayan di Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, untuk berangkat ke sekolah. Termasuk Alamsyah dan adiknya Rizki (5).
Pagi itu Alamsyah sudah menimba air yang menggenangi perahu ayahnya.
Pekerjaan itu telah ia lakukan sejak lima tahun lalu.
Selain itu ia juga mempersiapkan semua peralatan mencari ikan sebelum pergi ke laut.
"Sudah melaut sejak seumuran adik saya (Rizki)," ujar Alamsyah bercerita.
Dia sama sekali tidak ada niatan untuk sekolah.