Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Cengal

Ada Prasasti Bertuliskan Huruf Pallawa di Cengal, Ini Arti Tulisan Tersebut

Dua temuan tersebut menguatkan tentang beberapa hal diantaranya keterkaitan dengan kerajaan Sriwijaya dan pemukiman di kawasan tersebut.

Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM/ TIM
Batu prasasti yang bertuliskan huruf palawa ditemukan di Cengal Kabupaten Ogan Komering Ilir 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG- Kepala Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Budi Wiyana mengaku sangat senang dan sebuah kejutan dengan temuan prasasti dan dayung kapal peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Keduanya merupakan temuan penting bagi perkembangan sejarah di Sumatera Selatan khususnya tentang Sriwijaya dan kawasan pesisir Pantai Timur Sumatera.

Dua temuan tersebut menguatkan tentang beberapa hal diantaranya keterkaitan dengan kerajaan Sriwijaya dan pemukiman di kawasan tersebut.

Keduanya sangat kuat membuka sejarah masa lalu.

Pada masa lalu, kawasan Pantai Timur menjadi rute dengan aktivitas yang begitu padat.

Kawasan Pantai Timur membentang mulai dari Karangagung, Air Sugihan hingga ke Cengal.

Dua tempat itu didukung dengan banyaknya temuan-temuan benda masa lalu seperti manik-manik, pecahan tembikar, gerabah, serpihan kapal dan tiang-tiang bangunan lama.

Terbaru, dalam setahun terakhir di kawasan Cengal, OKI, juga banyak ditemukan benda-benda seperti di dua tempat tersebut.

Diduga kuat Cengal juga sarat aktivitas pada masa lalu dan bagian dari rute tersebut.

"Nah selama ini di dua tempat itu baik Karangagung maupun Airsugihan belum ditemukan prasasti dan papan berukuran tebal. Artinya temuan ini sangat berharga dan penting sekali. Temuan itu juga menguatkan bahwa kawasan itu (Cengal) merupakan rute Pantai Timur," katanya.

Budi menjelaskan, penemuan batu berukuran kecil di desa Ulak Kedondong Kecamatan Cengal, berisi prasasti tentang perjalanan suci atau siddayatra.

Temuan itu diasumsikan kawasan Cengal erat kaitannya dengan kerajaan Sriwijaya.

Pada masa kerajaan Sriwijaya, raja memiliki tradisi melakukan perjalanan suci, acara keagamaan.

Perjalanan ini seperti yang dilakukan raja Dhapunta Hyang dibuktikan dengan prasasti-prasasti yang ditemukan.

Dalam ritual tersebut raja selalu meninggalkan prasasti di setiap tempat yang disinggahinya. Hal itu juga menjadi tanda kekuasaan.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved