Beredar Vaksin Palsu
Hati-hati Vaksin Palsu Beredar di Palembang
Polda Sumsel telah berkoordinasi dengan Bareskrim Mabes Polri. Sehingga, penanganan kasus peredaran vaksin palsu dapat diungkap. Akan tetapi, pihaknya
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Setelah melakukan penyelidikan selama dua minggu, Polda Sumsel segera mengungkap identitas lembaga dan perseorangan yang terlibat dalam penyebaran vaksin palsu di Sumsel.
Sementara di Jakarta, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek telah menyebut nama-nama rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan lain yang membeli dan menggunakan vaksin palsu.
"Kalau kami publikasikan sekarang, nanti mereka kabur. Intinya, saat ini kami masih melakukan penyelidikan," kata Dir Reskrimsus Polda Sumsel Kombes Pol Tomsi Tohir didampingi Kasubdit Tipidter AKBP Tulus Sinaga, Kamis (14/7).
Polda Sumsel telah berkoordinasi dengan Bareskrim Mabes Polri. Sehingga, penanganan kasus peredaran vaksin palsu dapat diungkap. Akan tetapi, pihaknya belum dapat secara detil mengungkap hasil penyelidikan saat ini.
Di Jakarta, terungkap mayoritas rumah sakit itu membeli vaksin palsu atas persetujuan pimpinan tertingginya.
Menkes Nila memaparkan data rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan yang menggunakan vaksin palsu di sekitaran Jakarta, pada rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Kamis (14/7). Rapat tersebut merupakan lanjutan dari rapat sehari sebelumnya.
Selain dihadiri Menkes, rapat kemarin juga dihadiri Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bareskrim Polri, Biofarma, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). "Pengungkapan 14 fasyankes (fasilitas dan layanan kesehatan) ini sudah disepakati dengan Bareskrim Polri," kata Nila.
Data tersebut menyatakan, ada 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu. Sebanyak 13 rumah sakit berlokasi di Kota maupun Kabupaten Bekasi sedangkan satu rumah sakit lainnya berada di Jakarta, yakni RS Harapan Bunda di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Data tersebut juga menyatakan modus operansi penawaran maupun pembelian vaksin palsu. Seluruh rumah sakit di Bekasi mendapatkan penawaran vaksin dari sales bernama Juanda yang bekerja untuk CV Azka Medika.
Penawaran tersebut diajukan sampai ke direktur rumah sakit. Setelah direktur setuju, maka proses pembelian diselesaikan dan vaksin dikirim hingga menjadi persediaan di rumah sakit yang bersangkutan. Hanya di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, yang proses pembeliannya berbeda.
Vaksin palsu di RS Harapan Bunda ditawarkan oleh sales M Syahrul kepada perawat bernama Irna. Lalu, Irna meminta tanda tangan dokter dan vaksin palsu pun masuk sebagai persediaan rumah sakit.
Polisi telah menetapkan Irna sebagai tersangka kasus vaksin palsu. Dia berperan sebagai penyedia botol bekas bagi produsen vaksin palsu yakni pasangan Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina.
Seperti diketahui, polisi juga telah menetapkan suami istri warga Bekasi itu sebagai tersangka pembuat vaksin palsu.