Polisi ini Pilih Jadi Tukang Sampah Dibanding Terima Uang Suap

Tetapi jika masuk ke dalamnya, bau khas sampah menyeruak

Editor: M. Syah Beni
SURYA MALANG/ SRI WAHYUNIK I
nilah pekerjaan sehari-hari Bripka Seladi. Di luar jam dinas, ia menjadi pengumpul sampah. 

Seladi mengaku tidak mau menerima pemberian orang, dengan tujuan tertentu dalam pengurusan SIM. Kalaupun ada yang memberi di rumah, imbuhnya, ia meminta sang anak mengembalikan pemberian itu.

Prinsip hidupnya itu ia ajarkan kepada sang anak. Lulusan SMEA di Malang itu mengajari anaknya, Rizal Dimas (21) etos kerja keras, halal, dan tanpa perasaan minder.

Setiap hari, sang anak membantunya memilah sampah. Lulusan D-2 Informartika Universitas Negeri Malang (UM) juga tidak jijik memilah sampah.

"Saya tidak minder memiliki ayah yang polisi, tapi juga tukang rongsokan. Ini pekerjaan halal. Saya malah bangga, karena ayah mengajari tentang kerja jujur," tegasnya. Ketika masih ada anggapan miring tentang polisi, Rizal berani menyodorkan bahwa sang ayah merupakan polisi yang patut dicontoh.

Sehingga Rizal tetap ingin menjadi seorang polisi. Tahun ini merupakan tahun ketiganya mencoba peruntungan ke kepolisian.

Ia sudah dua kali gagal ketika mendaftar menjadi polisi. Rizal mengakui, tidak ada bantuan lobi dari sang ayah supaya lolos. Tahun ini, ia kembali akan mendaftar.

Sementara itu, salah satu pekerjannya, Yani melihat Seladi sebagai sosok yang ulet dalam bekerja. "Bapak itu kalau tidak dinas ya bekerja di sini. Kalau ada tugas ngepam (pengamanan, red), kayak ngepam Arema tanding kemarin, ya tidak bisa nyortir sampah," ujarnya. (Sri Wahyunik/ Surya Malang)

Sumber: Kompas
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved