Kelola Konflik Internal, ISIS Dirikan 'Kantor Imigran' di Raqqa

Kelompok penjahat Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah mendirikan kantor untuk mengelola hubungan

BBC Indonesia
ISIS mengaku melakukan serangan bom mobil di Kota Sadr. 

Menurut RBSS, pembelotan dan pertikaian antaranggota ISIS meningkat.

Antarkelompok ISIS saling curiga karena ada kekhawatiran terjadinya penyusupan oleh intelijen asing dan serangan udara tak berawak.

Frustrasi juga meningkat karena ISIS semakin kehilangan wilayah setelah serangan koalisi Amerika Serikat.
Beberapa militan asing dilaporkan mengaku mendapat diskriminasi dalam hal pembayaran upah, kondisi hidup, pengharaan dan perlakuan.

Kelompok militan tertentu juga merasa didiskriminasi karena selalu dikirim ke garis depan yang mematikan seperti di Deir ez-Zor, berbeda dengan militan ISIS lainnya dari Irak.

Belum lama ini misalnya, mantan militan ISIS Harry Sarfo telah membuat pengakuan kepada publik di sebuah penjara di Jerman. Ia memperingatkan kaum muda agar jangan mudah terbuai ajaran Islam versi ISIS yang sangat menyesatkan.

Sarfo menyebut ISIS dengan nama Arab, yakni Daesh. Sekarang ia mengaku telah memahami realitas sebenarnya di balik propaganda agama dari organisasi teroris yang berbasis di Raqqa, Suriah itu.

Dalam sebuah wawancara yang dirilis The Independent, awal Mei, Sarfo melalui kuasa hukumnya, menekankan ‘ISIS tersesat’. Ia melarikan diri dari Raqqa dan kembali ke Jerman, tetapi ditangkap.

“Ini bukan jalan menuju firdaus (surga); ini adalah jalan menuju neraka,” katanya tentang ISIS yang dikenalnya sejak ia bergabung menjadi militan kelompok itu pada April 2015.

Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) mengatakan, ISIS telah mengeksekusi sedikitnya 400 anggota mereka sendiri dalam kurang dari dua tahun, termasuk mereka yang mencoba kabur dan kembali ke negara asalnya.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved