Kisah Perjuangan Pria Tanpa Kaki yang Mengharukan, Berhenti Mengemis dan Mulai Berwirausaha

Karena motivasi itu pula, dia mengambil langkah berani memutuskan membeli

Editor: M. Syah Beni
TRIBUN KALTIM / NIKO RURU
Nawir (29) di dalam mobil miliknya yang digunakan untuk usaha. 

TRIBUNSUMSEL.COM- Cacat fisik tak membuat Nawir (29) berputus asa. Meskipun tidak memiliki kaki, pria warga Jalan Tanjung, Kelurahan Nunukan Barat, Kecamatan Nunukan ini memutuskan untuk menggantungkan hidup dari jasa pengiriman barang menggunakan mobil pikap.

Kondisi fisik Nawir memang tak seperti kebanyakan orang. Fisiknya tidak sempurna, pada bagian bawah hanya tersisa hingga paha.

Nawir menceritakan, setelah menyelesaikan pendidikan Paket B, dia berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun karena kondisi fisik yang tidak sempurna, upayanya menjadi sia-sia. Dimana dia melamar pekerjaan, selalu saja ditolak.

Dalam kondisi serba sulit, dia memutuskan menjadi pengemis di pasar. Walaupun pekerjaan itu dilakoninya dengan terpaksa.

Dalam dirinya selalu tertanam keinginan untuk bekerja seperti orang normal, sehingga dia dapat membanggakan istri dan anaknya.

Lama menjadi pengemis di Pasar Jamaker, Kelurahan Nunukan Barat, Nawir tak lagi mampu membendung rasa malunya.

"Anak saya sudah 4 tahun sekarang. Saya tidak mau nanti besar dia berpandangan buruk kalau ayahnya bekerja sebagai peminta-minta," katanya, Rabu (13/4/2016).

Karena motivasi itu pula, dia mengambil langkah berani memutuskan membeli mobil untuk usaha.

Nawir memilih usaha jasa angkutan, karena telah memiliki pengalaman mengemudikan mobil.

Dia sudah sering mengemudikan kendaraan roda empat saat berada di Majene, Mamuju, Sulawesi Barat, di kampung halamannya.

Dia bahkan mengaku bisa mengemudikan mobil dengan jarak perjalanan yang jauh hingga waktu tempuh sehari.

Untuk meningkatkan kemahirannya mengemudi, sebelum membeli mobil Nawir kembali berlatih di tempat kursus selama sebulan.

Sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab, Nawir memberanikan diri meminjam uang di bank. Uang sebesar Rp 80 juta itulah yang digunakannya untuk membeli mobil.

Semangat yang kuat dan dukungan keluarga yang diperolehnya kini berbuah manis.

Ia telah memiliki mobil yang digunakan untuk usaha. Dengan mengemudikan mobil pikap jenis carry berwarna biru, Nawir merasa lebih terhormat.

Setiap hari kendaraan roda empat itu dia gunakan untuk mengangkut barang, seperti rumput laut, ikan dan barang-barang lainnya.

"Apa saja saya bisa angkut. Ikan dan sayuran juga semua saya angkut," katanya.

Untuk mengemudikan mobilnya itu, Nawir harus memasang tiga bambu. Setiap bambu panjangnya satu meter.

Bambu-bambu tersebut menjadi alat bantu untuk menekan gas, rem, dan kopling. Semua dioperasikan menggunakan kedua tangannya.

Namun dalam perjalanannya Nawir mengaku tidak luput dari kekurangan uang, untuk membayar angsuran di bank yang cicilannya Rp 5 juta setiap bulannya.

Untungnya, keluarga memberikan dukungan dan ikut membantu membayar angsuran jika kebetulan dia kekuangan uang.

“Saya ambil cicilan di bank setahun. Kalau kurang uang cicilan minta bantu keluarga, Alhamdulillaah sudah 8 bulan, hampir lunas," katanya.

Kini, Nawir masih menyimpan rasa was-was. Saat mengemudikan kendaraannya itu, ternyata dia belum memiliki surat izin mengemudi.

Padahal tanpa izin tersebut, dia sewaktu-waktu bisa ditilang polisi saat sedang menjalankan pekerjaannya mengangkut barang.

Nawir mengaku pernah dites mengemudi mobil di Polres Nunukan. Saat itu Polisi menyatakan cara mengemudinya cukup bagus. Namun surat izin mengemudi yang diharapkan tak juga kunjung diperolehnya.

"Sudah pernah mau buat tetapi ditolak. Saya mau ajukan lagi, minta tolong dibuatkan SIM, biar tenang di jalan." ucapnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved