Bocah-bocah Yatim Piatu Ini Berjuang Hidup sambil Berjualan Sayur Keliling Kampung
Hari masih gelap. Namun, dua bocah yatim piatu di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini
TRIBUNSUMSEL.COM, POLEWALI MANDAR - Hari masih gelap. Namun, dua bocah yatim piatu di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini sudah bangun lebih awal untuk memetik sayuran dari kebun warga di sekitar rumahnya.
Sayur yang mereka petik itu tidak dimasak untuk mereka sendiri. Dua bocah perempuan itu, Jul (13) dan Ard (11), harus mengemas kangkung, daun singkong, bayam, hingga kacang panjang untuk dijual berkeliling kampung.
Saban hari, kakak-beradik yang belum dewasa itu harus mendorong gerobak berkilo-kilo meter jauhnya untuk menjajakan sayur. Semua dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi mereka berlima dan nenek mereka yang sudah renta.
Jul dan Ard berbagi tugas dengan tiga saudara kandung mereka yang lain. Tugas mencari nafkah dan mengurus rumah dilakukan secara gotong-royong untuk membantu nenek mereka yang sakit-sakitan.
Selain Jul dan Ard yang mencari uang dengan berjualan sayur keliling, anak tertua bernama Jel (15) hidup terpisah di luar kota untuk bekerja. Dua anak terakhir, Haf (6) dan Beb (5) mendapat bagian mengurus rumah dengan mencuci baju serta piring.
Nenek mereka, Salamiah (75), terpaksa di rumah. Tubuhnya yang lemah karena faktor usia memaksanya tidak dapat lagi bekerja keras.
"Saya sudah tidak kuat dan sering sakit-sakitan," kata Salamiah.
Jauh sebelum orang-orang beraktivitas, Jul dan Ard sudah memetik sayur yang akan dijual. Sayur-sayur itu mereka dapatkan dari kebun milik nenek mereka dan warga sekitar.
Setelah semua selesai, mereka mengemas dan menempatkan sayuran itu pada gerobak dorong dari kayu untuk dijajakan dengan berkeliling. Kadang kala anak-anak ini harus mengeluarkan tenaga ekstra terutama saat menghadapi jalan tanjakan.
Semua itu dilakukan sebelum Ard berangkat ke sekolah. Nanti ketika sekolah usai, ia kembali lagi untuk berjualan keliling. Jul tetap berjualan karena ia sudah putus sekolah.
"Saya bangun subuh dengan kakak berjualan sayur sebelum berangkat ke sekolah, adik saya biasanya cuci piring," kata Ard.
Bagi mereka, tidak ada waktu untuk bermain atau bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya. Demikian pula ketika tiba libur akhir pekan atau liburan panjang. Mereka tetap bekerja.
Saat liburan itu, bocah-bocah itu berangkat ke pasar kampung sambil bergantian mendorong gerobak penuh sayuran. Jauhnya beberapa kilometer dari rumah mereka.
Agar sayuran itu bisa laku sebelum pasar tutup, mereka sengaja berangkat sejak subuh.
Pendapatan mereka tak tentu. Berapa pun penghasilan yang mereka dapatkan dibagi dengan pemilik kebun sayur. Dalam sehari, keuntungan yang mereka dapatkan tidak lebih dari Rp 20.000.