Bocah-bocah Yatim Piatu Ini Berjuang Hidup sambil Berjualan Sayur Keliling Kampung
Hari masih gelap. Namun, dua bocah yatim piatu di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini
Uang yang mereka dapatkan dari bekerja itu kerap kali tak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Mereka sering meminta beras ke tetangga jika persediaan beras sudah habis.
Warga seringkali memberikan bantuan beras setiap kali anak-anak tersebut kehabisan uang dan kebutuhan pokok.
Akibat ketiadaan biaya pula, Jel dan Jul terpaksa putus sekolah. Kini Jel harus pergi meninggalkan nenek dan keempat adiknya untuk bekerja di luar kota.
Iba dan bersimpati
Warga sekitar kampung mereka sejak dulu berlangganan sayuran yang mereka jual. Warga merasa kasihan dengan kondisi anak-anak yang belum layak bekerja keras seperti itu.
Banyak pelanggan mengaku iba atas kerja keras mereka. Warga bersimpati karena mereka berjuang hidup mandiri tanpa harus mengemis di jalan atau mengharap belas kasihan orang lain.
Marhuma, pelanggan sayuran, mengaku salut dan hormat atas jerih payah mereka meski dalam kondisi serba terbatas. Hatinya terketuk, apalagi mengingat anak-anak bertubuh kurus itu sering kali tidak kuat bekerja fisik seperti itu.
"Kasihan, pernah digotong warga karena jatuh pingsan di jalanan karena kelaparan. Kondisi kesehatannya pulih setelah diberi makanan oleh warga," ujar Marhuma.
Kehilangan masa kanak-kanak
Kehidupan lima bocah bersaudara ini memang tidak ringan. Kedua orangtuanya meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Ayah mereka meninggal dunia dalam kecelakaan kerja di Kuala Lumpur, Malaysia. Sang ibu sudah berpulang lebih dulu karena sakit. Sejak saat itu, mereka berlima harus merawat sang nenek.
Deraan hidup yang demikian keras seringkali membuat anak-anak itu kehilangan masa kecilnya.
Ketika melihat anak-anak lain hidup berbahagia berkumpul bersama keluarga dan orangtuanya, mereka hanya hanya dapat berandai-andai mengalami hal serupa.
Sambil mengusap air matanya, Ard mengatakan kerap bersedih karena tak ada lagi orangtua tempatnya mengadu dan berkeluh kesah.
Si anak bungsu bahkan tidak lama melihat wajah kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya telah tiada saat ia belum genap berusia setahun.
Atas kondisi itu, Salamiah mengaku kerap mencemaskan kehidupan dan masa depan kelima cucunya. Namun apa daya, tubuhnya yang lemah membuatnya harus menerima keadaan ini tanpa bisa berbuat banyak.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi