Bupati Ogan Ilir Terlibat Narkoba

Bupati OI Teler dan Senyum Sendiri, Ternyata ia Alami Fase ini, Fase Berikutnya Sangat Berbahaya

Setiap kali mereka menghisap atau menyuntikkan lebih banyak narkoba, dia merasakan rush lagi tetapi yang lebih lemah

Editor: M. Syah Beni
SRIPOKU.COM/WELLY HADINATA
Bupati Ogan Ilir AW Nofiadi digiring BNN 

TRIBUNSUMSEL.COM- Kasus penangkapan Bupati Ogan Ilir, AW Nofiadi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) membuat banyak orang terkejut.

Terlebih anak mantan Bupati Ogan Ilir ini dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis sabu.

Bahkan saat di Jakarta Kepala BNN, Komjen Budi Waseso (Buwas) mengatakan bahwa Bupati OI itu masih teler.

""‎Jangan ditanya-tanya, dia masih dalam pengaruh narkoba, masih teler. Tidak diborgol pun, kalau lari tidak jauh, dia masih "on" katanya

Dikutip dari id.drugfreeworld.org, Senin (14/3/2016) seorang pengguna sabu akan mengalami beberapa fase usai mengisapnya

1. Rush—Rush adalah reaksi pertama yang dirasakan pengguna bila menghisap atau menyuntikan metamfetamin. Selama "rush”, detak jantung pengguna berpacu cepat dan metabolisme, tekanan darah dan denyut nadi melonjak.

Tidak seperti rush pada kokain crack, yang berlangsung selama dua sampai lima menit, rush metamfetamin dapat berlangsung sampai tiga puluh menit.

2. High —Rush akan diikuti dengan “high”, terkadang disebut dengan “bahu”. Saat itulah mereka merasa lebih cerdik dan senang berdebat, sering memotong kalimat orang lain dan menyelesaikan kalimat mereka.

Efek-efek khayalan bisa membuat pengguna menjadi sangat terfokus pada hal yang biasa atau yang ngawur, seperti berulang-kali membersihkan jendela yang sama selama beberapa jam.

High bisa berlangsung selama 16 jam.

3. Binge, Binge adalah penggunaan narkoba atau alkohol yang tidak terkendalikan. Hal ini disebabkan adanya dorongan untuk selalu high, dengan menghisap atau menyuntikkan metamfetamin lebih banyak.

Efek ini bisa selama tiga sampai lima belas hari. Saat efek itulah penyalahguna menjadi hiperaktif secara mental dan fisik. Setiap kali mereka menghisap atau menyuntikkan lebih banyak narkoba, dia merasakan rush lagi tetapi yang lebih lemah, sampai akhirnya rush dan high menghilang.

4. Tweaking, seorang penyalahguna metamfetamin paling berbahaya, saat merasakan tahap adiksi yang disebut “tweaking”. Suatu keadaan yang terjadi di akhir efek narkoba, saat metamfetamin tidak memberikan rush atau high lagi.

Karena tidak bisa mengatasi kehampaan dan ketagihan yang luar biasa, seorang penyalahguna akan kehilangan perasaan identitas diri.

Rasa gatal-gatal umum dirasakan dan pengguna meyakini bahwa ada serangga merayap di bawah kulitnya. Tidak bisa tidur selama beberapa hari menyebabkan pengguna sering mengalami gangguan jiwa.

Dia berada di dunianya sendiri, melihat dan mendengar sesuatu yang tidak dialami oleh orang lain. Halusinasinya sangat hidup sehingga dirasakan nyata dan hubungannya dengan kenyataan terputus.

Dia bersikap bermusuhan dan berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Kemungkinan untuk melakukan mutilasi diri sangat besar.

5. Crash, Bagi si pelaku pesta, crash terjadi pada saat tubuh pingsan, tidak bisa mengatasi efek yang sedang berlangsung dalam tubuh sehingga akan tertidur untuk jangka waktu lama. Penyalahguna yang paling kejam atau paling brutal sekalipun akan menjadi sangat tidak berdaya, dan tidak merupakan ancaman bagi orang lain. Crash ini bisa berlangsung selama satu sampai dengan tiga hari.

6. Hangover Sabu, Setelah crash, pengguna kembali berada dalam kondisi yang memburuk, kelaparan, dehidrasi, dan sangat lelah secara fisik, mental dan perasaan. Tahap ini biasanya berlangsung antara dua sampai empat belas hari.

Keadaan ini membawa ke adiksi, sebagai "solusi” untuk perasaan ini adalah untuk mamakai lebih banyak sabu.

7.  Gejala putus zat, Sering kali 30 sampai 90 hari sesudah penggunaan terakhir penyalahguna baru sadar bahwa dia mengalami gejala putus zat. Pertama dia sangat depresif, kehilangan tenaga dan kemampuan untuk merasakan kesenangan. Lalu ketagihan lebih banyak metamfetamin dan pengguna cenderung melakukan bunuh diri.

Gejala putus zat dengan sabu sangat menyakitkan dan susah, maka kebanyakan penyalahguna kembali kepada keadaan semula; 93% pasien terapi tradisional kembali menyalahgunakan metamfetamin.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved