Kehidupan LGBT di Palembang

Eksklusif: Berawal dari Tuntutan Ekonomi, Anto Malah Jadi Gay Beneran

"Dulu kan zamannya handphone, saya mau beli gak punya uang. Kemudian karena dengan gay kebutuhan saya terpenuhi, ya, lama-lama terjun sekalian," kata

CCTV News
Pria gay melamar kekasihnya 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kehidupan sehari-hari seorang gay di lingkungannya terlihat tidak berbeda dengan orang umumnya.

Tetap berpakaian pantas, memiliki istri dan anak, bahkan juga ke masjid. Mereka tetap menekuni pekerjaan masing-masing, mulai dari manager, dosen, guru, pegawai bank, pengusaha, dan mahasiswa.

Anto dalam perjalanan hidupnya tidak pernah menemui kendala. Ia punya seorang anak, tetapi sudah pisah dengan istrinya.

“Saya ngomong tetap biasa dengan orang-orang. Saat ketemu komunitas baru menunjukkan sifat asli. Ketemu biasa di room karoke atau taman kota,” jelas Anto.

Baca juga: EKSKLUSIF: Media Cuma Cari Keburukan, Kaum LGBT Bilang 'Jangan Pikir Kami Selalu Senang-senang'

Pada awalnya, pria berusia 32 tahun ini hanyalah seorang gigolo yang sering melayani kepuasan seksual tante girang.

Sejak saat itu, pergaulannya semakin meluas hingga sering berkumpul dengan komunitas gay. Tidak lama dari sana, orientasi seksnya yang menyukai sesama pria mulai muncul.

Awalnya dari kecil ia normal, menyukai lawan jenis. Namun menginjak sekolah menengah pertama, ia mulai melayani lawan jenis, gay. Hal itu disebabkan karena tuntutan ekonomi.

"Dulu kan zamannya handphone, saya mau beli gak punya uang. Kemudian karena dengan gay kebutuhan saya terpenuhi, ya, lama-lama terjun sekalian," kata pria yang bertato itu.

Ia mengaku baru benar-benar menikmati menjadi seorang gay lima tahun belakang ini. Selama itu ketika berhubungan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan ekonominya saja. Namun lama kelamaan ia menikmati juga.

"Gay itu kan ada dua jenis. Pertama memang dia dari lahir suka sama pria, trus kedua dia terkena pengaruh lingkungannya. Ini saya," ujarnya.

Banyak pengalaman yang diperolehnya selama ini. Misalnya, saat hendak ikut casting di Jakarta. Bermaksud mendapatkan peran, Anto malah diajak bercinta oleh seorang pria yang terlibat di tes itu. Dari sekali hubungan cinta itu, ia diberi uang Rp 500 ribu.

Anto kemudian menunjukkan foto seorang pria gempal berjambang di layar handphone. Orang di sampingnya itu pernah menjadi pacarnya yang dikenal melalui aplikasi di android.

Ia juga sering berkumpul dengan komunitas gay di sana saat ada ajang balap Formula 1 dan MotoGP di Sepang.

Gay meski eksklusif tidak membedakan kelas ekonomi. Seseorang itu dihargai dari penampilan, pembawaan, dan layanan seksualnya. Tidak harus ganteng dengan bodi kekar, sebab selera masing-masing orang berbeda.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved