Remaja Ramai Buru Pil KB
Eksklusif: Belum Menikah Tapi Sudah Simpan Kartu KB
Apotek tersebut memang menjual pil KB. Pembelinya rata-rata perempuan. Namun petugas apotek tersebut tidak tahu apakah yang membeli itu sudah menikah
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Di tempat berbeda ulah seorang guru sekolah swasta membuat kaget teman satu kosannya. Pasalnya pada suatu sore pertengahan bulan lalu dilihatnya ada buku peserta KB atas nama guru itu di meja kamar.
Sebelum melihat buku itu, guru honor itu menunjukkan sikap aneh sejak satu tahun ini. Sering pulang hingga dini hari, gonta-ganti teman pria, dan tebar pesona pada lawan jenisnya.
Bingung atas temuan itu, teman satu kosan itu memastikan dan menanyakannya langsung. Guru honor yang belum menikah itu membantah ikut program KB.
"Itu hanya buku keterangan pemeriksaan kesehatan," ujarnya menirukan penjelasan si guru itu. Tetapi sejak hari itu, teman satu kosan itu tidak pernah lagi melihat kartu peserta KB itu.
Baca juga: Eksklusif: Sering Lakukan Seks Bebas, Banyak Remaja Buru Pil KB
Berdasarkan penuturan Rik, Tribun Sumsel mendatangi beberapa apotek yang ada di Kota Palembang. Apotik di wilayah Seberang Ulu tempat Rik membeli pil KB menjadi tujuan Tribun Sumsel pertama kali.
Apotek tersebut memang menjual pil KB. Pembelinya rata-rata perempuan. Namun petugas apotek tersebut tidak tahu apakah yang membeli itu sudah menikah atau belum. Pembeli pil KB juga tidak setiap hari ada.
"Pembelinya tidak banyak karena satu keping itu kan dikonsumsi selama satu bulan. Namun tiap bulan memang ada yang beli," ujarnya.
Tribun Sumsel juga mencoba membeli sebuah pil kontrasepsi di kawasan Bukit Besar Palembang. Seorang petugas apotek langsung memberikan beberapa pilihan pil kontrasepsi itu.
Selain menunjukkan pilihan kepada calon pembeli, petugas itu juga menjelaskan khasiat serta harga barangnya. Ada dua macam yang ditunjukkan namun masih satu jenis yakni berupa pil.
Kata dia, satu diantara pilihan pil kontrasepsi itu sering dibeli konsumsen. Selain harganya yang terjangkau, hanya Rp 5.500, khasiatnya juga terjamin.
"Ini bisa menghambat kesuburan, mas. Harganya per keping murah. Kalau yang satunya, sama saja tapi harganya lebih mahal sekitat Rp 11 ribu," kata dia.
Petugas apotek itu menjelaskan detil mengenai khasiat dan harganya. Selain itu ia juga memberitahukan cara pemakaian.
"Yang penting sebelum, minum dulu satu," katanya.
Ketika Tribun Sumsel membeli alat kontrasepsi itu, petugas apotek tidak menanyakan apakah memiliki resep dokter atau tidak. Ia dengan santai melayani Tribun Sumsel yang hendak membeli alat kontrasepsi layaknya pasien lain.
Petugas apotek memiliki kriteria dan ketentuan sendiri soal pembelinya. Bila calon pembeli sudah dianggap dewasa dan dianggap "cukup umur", apapun alat kontrasepsi yang akan dibeli, akan dilayani.
Namun apabila menurut penilaian petugas apotek, calon pembeli masih anak-anak dan dibawah umur, mereka berusaha untuk tidak melayani.
"Walaupun barang yang dia cari itu sebenarnya ada, ya dikatakan saja lagi habis atau memang tidak ada. Kita kan gak tau berapa pasti umurnya, tapi menurut penilaian kita oh ini kayaknya masih anak-anak atau sudah dewasa," ungkap seorang apoteker di apotek kawasan Palembang.
Dikatakan dia tidak ada aturan wajib atau khusus bagi pembeli untuk mendapatkan alat kontrasepsi itu. Selain penilaian calon pembeli mengenai umur, hanya etika yang biasanya dipakai.
Mengenai etika, kata dia kembali lagi ke persoalan umur yang kemudian dikaitkan dengan layak atau tidaknya membeli alat kontrasepsi tersebut.
"Ini soal etika juga. Masak masih anak-anak diladeni beli gituan. Kan enggak. Hal semacam itu kan untuk dewasa dan sudah berumah tangga," tambah dia.
Selama yang ia ketahui, memang ada aturan tertentu terkait jual beli alat kontrasepsi. Tergantung produknya. Apabila sebuah alat kontrasepsi harus anjuran dokter maka penjualannyapun harus dengan resep dokter.
Namun apabila pemakaiannya tidak harus dengan dokter, tentunya alat kontrasepsi itu dijual secara bebas.
"Kan ada alat kontrasepsi yang harus dengan dokter pemasangannya, nah itu biasanya memang harus dengan resep dokter, gak dijual bebas. Tapi kalau seperti pil atau obat, ya dijual bebas," tambah dia.
Selama yang dia ketahui dan pernah dijumpai, tidak sedikit remaja putri yang membeli alat kontrasepsi. Mereka membeli produk berupa pil. Tak jelas untuk apa mereka membeli alat kontrasepsi itu.
"Kalau anak-anak memang belum pernah. Yang sering itu masih berstatus sebagai mahasiswa, sering terlihat beli pil begituan," katanya.
Menurut pengamatannya, alat kontrasepsi yang sering dibeli oleh mereka, adalah berupa pil. Ia tak ingat persis merk obat tersebut. Namun yang pasti berupa pil. (wan/and/bbn)