Suami Pimpin Muhammadiyah, Istri Pimpin Aisyiyah

Suasana nampak riuh sebelum 13 Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memasuki Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Balai Sidang Kampus Unismuh Lt 3

Editor: Weni Wahyuny
ANTARA FOTO/Yusran Uccang
TERPILIH - Ketua Umum PP Muhammadiyah terpilih Haedar Nashir (ketiga kanan) bersama Sekretaris Abdul Mu ti (kanan) didampingi sejumlah PP Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulsel Kamis (6/8/2015). 

TRIBUNSUMSEL.COM, MAKASSAR - Kisah seabad lalu kembali terulang ketika Panitia Pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah menetapkan pasangan suami-istri Dr Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Sitti Nurjannah Djohantini sebagai Ketua Umum PP Aisyiyah.

Suasana nampak riuh sebelum 13 Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memasuki Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Balai Sidang Kampus Unismuh Lt 3, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Kamis (6/8) pukul 20.35 wita.

Muktamirin yang memenuhi ruangan pun berdiam. Beberapa peserta pun menyiapkan gadgetnya untuk mengabadikan moment. Dengan memakai Songkok Recca' atau songkok to Bone (songkok orang Bone), mereka memenuhi 13 kursi yang sudah tersedia.

Ketua Panitia Pemilihan, Dahlan Rais pun mengambil alih Sidang Pleno dengan agenda Penetapan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020.

“Kami sudah melakukan rapat, dan kita sudah menentukan hasilnya. Dengan memohon Rahmat Allah SWT, kita menetapkan Dr Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah,” ujar Dahlan Rais diikuti ketukan palu tiga kali.

Sontak, semua Anggota dan Peserta Muktamar mengabadikan moment terpilihnya Dr Haedar Nashir sebagai Ketua Umum dan Abdul Mu’ti sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) PP Muhammadiyah periode 2015-2020. Haedar Nashir kelahiran Bandung, 25 Februari 1958. Dia dikenal sebagai Sang Sosiolog Pendidik Kader.

Terpisah, suasana tak kalah riuh setelah Panitia Pemilihan Aisyiyah menetapkan Nurjannah Djohantini sebagai ketua. “Iya, panitia sudah menetapkan ibu Nurjannah sebagai ketua umum PP Aisyiyah yang baru,” katanya.

Tanggapan Din

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin tak mempermasalahkan jika Haedar Nashir jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Nurjannah Djohantini jadi Ketua Umum PP Aisyiyah periode 2015-2020.

“Kalau saya pribadi itu tak menjadi masalah dan tak perlu dipermasalahkan, tapi saya tak mau mendahului keinginan muktamirin,” kata Din.

Namun, Din masih yakin pengambilan keputusan pada tingkatan PP Muhammadiyah kolektif kolegial.

“Sehingga mesti ketua umum tak bisa mengambil keputusan tanpa melalui keputusan bersama,” katanya.

Namun Din mengakui Haedar-Norjannah jadi ketua umum PP akan mempunyai dimensi positif dan negatif. “Tapi kalau ada masalah ditimbulkan kan bisa diselesaikan di rumah,” candanya.

Muhammadiyah dibentuk pertama kali oleh Kiai Ahmad Dahlan. Bersama istrinya, Siti Walidah yang menjadi pendiri Aisyiyah, keduanya membawa dua organisasi massa itu menjadi salah satu ormas islam terbesar di Indonesia.

Kini, regenerasi kepemimpinan di kedua ormas itu berpotensi terulang kembali seperti di masa awal pembentukannya. Hasil penghitungan suara Muktamar ke-47 Muhammadiyah menempatkan Haedar Nashir di posisi teratas dengan perolehan dukungan 1.947 suara.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved