Abu Gunung Anak Krakatau Rabu Sore Sampai Cilegon, Warga Sumsel Diimbau Tetap Waspada

Warga Sumsel pun diimbau untuk tetap waspada selama Gunung Krakatau mengalami erupsi, terlebih lagi dengan debu vulkanik yang dikeluarkan

Instagram/natgeoindonesia
Erupsi Gunung Anak Krakatau 

TRIBUNSUMSEL.COM-Gunung Anak Krakatau sampai saat ini terus erupsi. Erupsi telah terjadi sejak Mei 2018 kemarin dan berlangsung sampai sekarang

Abu Gunung Anak Krakatau dilaporkan sudah sampai ke Kota Cilegon, Banten, pada Rabu (26/12/2018) sore.

Turunnya abu vulkanik membuat masyarakat Cilegon khawatir dengan status Gunung Anak Krakatau yang terus menerus erupsi.

Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Anak Krakatau Kushendratno yang dihubungi Kompas.com meminta masyarakat tenang.

Menurut dia, Gunung Anak Krakatau aktivitasnya memang meningkat dan mengeluarkan abu vulkanik saat ada letusan.

Kini arah angin sedang mengarah ke timur laut, atau menuju Cilegon.

Layanan SIM di Polresta Palembang Libur Pada 28 Desember 2018, Layani Kembali Tanggal

SMA Negeri 1 Sumsel Raih Anugerah Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutahan

"Aktivitas Gunung Anak Krakatau sekarang merupakan kesehariannya ketika meningkat, mengeluarkan letusan yang terus-menerus dan mengeluarkan abu dengan hembusan angin ke timur laut mengarah ke Cilegon," kata Kushendratno saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (26/12/2018).

Sejak Juni 2018 lalu, kata dia, setiap harinya Gunung Anak Krakatau meletus dan mengeluarkan material seperti abu vulkanik. Namun material tersebut akan menyebar sesuai arah angin, dan kini mengarah ke Cilegon.

Dari pos pemantau di Pasauran pukul 18.00 WIB tadi, kata dia, Gunung Anak Krakatau terpantau ditutupi kabut dan lava panas yang mengalir ke laut.
Sementara tinggi kepulan awan panas mencapai 300 hingga 600 meter di atas kawah.

Kushendratno meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik soal turunnya abu vulkanik dari erupsi Gunung Anak Krakatau, walau saat ini status gunung ini berada di status waspada atau Level II.

Cara Buat Foto Best Nine 2018 #BestNine2018 di Instagram, Ini Link Aplikasinya

Akhirnya Terungkap ini Alasan Herman Seventeen Ciptakan Lagu Kemarin, Lagu Tentang Kematian

Masyarakat direkomendasikan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, namun tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius dua kilometer.

"Jangan percaya isu yang menimbulkan kepanikan, jika ingin informasi soal Gunung Anak Krakatau, silahkan datang langsung ke pos pemantauan di Pasauran," pungkas dia.

Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau yang turun di Cilegon ternyata sudah dianggap biasa saja bagi warga Sirih, Desa Kemasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.

Salah satu warga, Novi, menyebut abu sudah sering turun di kampungnya.

Gubernur Herman Deru: Sumsel Harus Jadi Contoh Penegakan Demokrasi Bermartabat

Kontrak Bersama Lampung Sakti Selesai, Ferry Rotinsulu Siap Bantu Sriwijaya FC di Jajaran Pelatih

"Sudah biasa sejak beberapa bulan lalu, apalagi sejak tsunami tanggal 22 itu, sering dan hampir tiap hari, suami saya pulang dari masjid sandal sudah ditutupi abu," cerita Novi kepada Kompas.com, Rabu.

Sering turunnya abu di kampungnya membuat Novi tidak begitu kaget saat mendengar abu Gunung Anak Krakatau turun di Cilegon.

"Di sini sudah biasa, kami cuma senyum saja saat warga Cilegon heboh," kata dia.

Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Gunungapi Anak Krakatau (338 m dpl) mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018.

Pos Pemantau Gunung Krakatau memastikan jika suara dentuman yang terdengar di berbagai Kabupaten/kota di Sumatera Selatan (Sumsel) akibat adanya erupsi di Gunung Krakatau.

Kepala Pos Pemantau Gunung Krakatau Suwarno mengatakan, sampai saat ini erupsi yang terjadi di gunung Krakatau masih berlangsung diiringi dengan suara gemuruh yang keras.

Terdengarnya suara dentuman hingga di Sumsel, menurut Suwarno, akibat arah angin yang menuju ke timur.

"Betul (akibat erupsi gunung Krakatau), dentumannya sangat keras sekali dan suara gemuruh juga keras sekali di sini. Ya itu kemungkinan bisa juga arah angin ke sana seperti itu," kata Suwarno.

Suwarno menjelaskan, tak hanya dentuman, getaran pun memang bisa dirasakan masyarakat di luar Lampung hingga ke Sumatera Selatan akibat erupsi dari gunung Krakatau.

"Kalau memang disana (Sumsel) tidak ada gunung lain yang meletus, mungkin bisa juga getaran dan dentumannya keras sekali, karena arah angin ke timur," ujarnya.

Erupsi gunung Krakatau jelas Suwarno telah terjadi sejak Mei 2018 kemarin dan berlangsung sampai sekarang.

Erupsi itu membuat getaran diberbagai wilayah selama dua menit sekali.

"Sejauh ini sedang berlangsung (erupsi), memang letusannya dari bulan Mei sampai sekarang. Terjadi letusan disini durasinya sampai 30 detik hingga 1 menit meletus, paling lama mungkin sampai dua menit," jelasnya.

Warga Sumsel pun diimbau untuk tetap waspada selama Gunung Krakatau mengalami erupsi, terlebih lagi dengan debu vulkanik yang dikeluarkan.

"Warga diimbau tetap waspada saja, kalau di sana (Sumsel) mungkin jauh dan dampaknya hanya debunya saja. Getaran sepertinya cuma terbawa angin saja kesana, karena arah angin ke sana, sehingga terdengar suara dentuman," kata dia.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved