Banjir Sering Melanda Palembang, Ternyata Sejak Dahulu Begini Keadaannya

Masalah banjir belum juga terselesaikan di kota Palembang. Banjir cukup merata di seluruh wilayah Palembang.

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Prawira Maulana
IST
Dudi Iskandar 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALRMBANG - Masalah banjir belum juga terselesaikan di kota Palembang.

Banjir cukup merata di seluruh wilayah Palembang.

Banjir pun tak pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga tempat- tempat elit tak luput kebanjiran.

Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah.

Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air.

Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu. Mengapa banjir terus terjadi dan makin meluas di Ibu Kota?

Banjir di Palembang, Kepala Dinas PUPR Ahmad Bastari Ungkap Fakta Penyebab Banjir dan Solusinya

Banjir Palembang, Pemasangan Pintu Air Pompanisasi Muara Bendung Terhambat Pembebasan 3 Rumah

Kepala BBWS Sumatera VIII Suparji mengungkapkan, wilayah kota Palembang cukup unik, mengingat daratan dengan sungai yang ada jaraknya tidak terlalu jauh.

"Jarak sungai dan daratan itu flat, jaraknya kurang dari dua meter, sehingga sejak dari dulu rawan genangan air," terangnya.

Sementara peminat sejarah Sumsel Dudi Oskandar menerangkan, sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 hingga abad ke-14) , atau malah sebelum zaman Kerajaan Sriwijaya hingga zaman, Kerajaan Palembang hingga Kesultanan Palembang konsep pembangunan ke sungai, karena kota Palembang adalah kawasan rendah yang banyak didiami air dan rawa.

Mobil yang nekat menerobos Banjir akhirnya mogok
Mobil yang nekat menerobos Banjir akhirnya mogok (Tribunsusmel.com/ Agung)


"Apalagi ditambah kondisi wilayah Sumatera Selatan yang terdiri dataran tinggi dan rendah yang arealnya juga dikelilingi hutan dan rawa. Dengan kondisi geografis tersebut, maka provinsi yang terdiri dari 17 kabupaten dan kota tersebut rawan akan bencana kebakaran hutan dan lahan, banjir serta longsor," ucapnya.

Ditambahkan wartawan senior ini, kalaupun ada tempat tinggi di Palembang, biasanya menjadi makam atau rumah namun harganya sangat mahal dan tidak semua orang Palembang bisa membelinya.

Sehingga rumah orang Palembang dulu banyak rumah panggung bertiang sehingga air bisa mengalir di bawahnya dan transportasi yang digunakan adalah kapal baik besar dan kecil.

"Sehingga wajar kalau dulu pemerintah Kolonial Belanda dan bangasa lain memberikan predikat Palembang Venesia dari Timur karena kehidupan masyarakat masa itu di sungai, termasuk ruang tamu orang Palembang menghadap ke Sungai," capnya.

Dijelaskan Dudi, setelah Belanda menguasai Palembang dan menghapuskan Kesultanan Palembang, konsep pembangunan daerah pedalaman mulai dilakukan Belanda, dengan membuat jalan dan jalur kereta api, sehingga saat itu masyarakat Palembang mulai sedikit demi sedikit beralih ke jalan, namun sungai pada waktu itu konsepnya masih tetap berjalan.

"Sayangnya konsep, pembangunan daerah pendalaman ini tetap diterapkan pemerintah Indonesia setelah Indonesia merdeka termasuk Palembang, malah lebih parah, akibatnya kebudayan sungai di tinggalkan dan pembangunan infastruktur lebih diutamakan," ucapnya.

Banjir Palembang - Motor terendam banjir di Palembang
Banjir Palembang - Motor terendam banjir di Palembang (Sripo/WAHYU KURNIAWAN)

Dilanjutkan Dudi, salah satu dampaknya banjir, banjir di Palembang terjadi akibat pembangunan Palembang yang terlalu bebas, dengan meninggalkan nilai-nilai budaya sungai yang dulu hidup di Palembang.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved