Prabowo Dituding Haus Kekuasaan, Sang Adik: 'Kalau Haus Jabatan Sudah Mau jadi Cawapres Jokowi'

Menurut Hashim, kembali majunya prabowo dalam Pemilu presiden 2019, bukan karena haus kekuasaan.

Tribunnews/JEPRIMA
Calon Presiden Prabowo Subianto 

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo menyambangi redaksi Tribun di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis(18/10).

Ditemani wakil direktur Budi Purnomo Karjodiharjo, Hashim memaparkan mengenai pencalonan kakaknya, Prabowo Subianto sebagai Presiden.

Menurut Hashim, kembali majunya prabowo dalam Pemilu presiden 2019, bukan karena haus kekuasaan.

Kata Hashim, jika Prabowo haus kekuasaan maka Gerindra sudah ada di pemerintah sejak 9 tahun lalu di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca: Ada Mahasiswa Meninggal Makan Mi Instan Tiap Malam, Ternyata Ini Penyebab Mie Instan Berbahaya

"Prabowo dituding ngotot, haus kekuasaan, haus jabatan, itu persepsi ya. Kalau haus jabatan, Prabowo sudah di pemerintahan sejak 14 tahun lalu, kalau haus jabatan sudah di pemerintahan sejak 9 tahun lalu. Kalau haus jabatan sudah masuk pemerintahan Jokowi. Kalau haus Jabatan sudah mau jadi calon wakil presiden Jokowi," kata Hashim.

Untuk diketahui, Pilpres 2019 merupakan Pemilu ketiga bagi Prabowo.

Pada Pemilu 2009, Prabowo menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri, namun kala itu Prabowo kalah oleh pasangan SBY-Boediono.

Lima tahun kemudian Prabowo menjadi Capres berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Prabowo kembali kalah, kini oleh pasangan Jokowi-JK. Menurut Hashim, majunya kembali Prabowo bukan karena berkeras mengejar kekuasaan.

Baca: Satu Kota Geger Gegara Penampakan Makhluk Tak Berwajah, Ternyata Inilah Fakta Sebenarnya

Melainkan karena peduli dengan kondisi bangsa Indonesia. Hashim mengatakan empat keluarganya gugur pada massa perjuangan kemerdekaan dulu.

"Kami merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia. Keluarga kami gugur untuk Republik. Paman kami gugur dibunuh dalam suatu pertempuran. Mereka gugur bukan untuk jabatan, tapi untuk satu untuk cita cita Indonesia," katanya.

Menurut, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra tersebut ia dan Prabowo terjun ke dunia politik karena merasa sedih dengan kondisi bangsa sekarang ini, yang dianggap sebagai negara kecil.

Saat ia tinggal di luar negeri tidak sedikit para tenaga kerja Indonesia yang dihina dan dianggap sebelah mata.

"Kami punya prinsip. Ini buka soal jabatan. Bukan soal jadi menteri atau Wapres. Ini bukan soal saya dan keluarga saya. Tapi kita prihatin dengan keadaan bangsa kita. Tujuan kami untuk menegakkan Pancasila," pungkasnya.

Hashim Djojohadikusumo mengatakan bahwa dalam dua tahun belakangan ini, kubu Prabowo sering dianggap sebagai antiPancasila, dan akan mendirikan negara dengan bentuk khilafah.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved